Hiatus Mode!

Jaka~jaaan~ OHISASHIBURI, MINNA-SAN~

setelah sekian lama blog wordpress ini kembali saia hidupkan, karena saia sudah lama HIATUS dari dunia tulis menulis karena kesibukan persiapan UN hingga persiapan masuk SMA dan akhirnya sampai sekarang, kesibukan SMA menghantui saia.. khukhukhu, sebenernya saia udah penggggiinn banget nulis lagi, sayang, apa daya tangan tak mampu, saia terpaksa HIATUS beberapa bulan.

aihh, gak kerasa udah 7 bulan semenjak blog ini terakhir di apdet *mbersihin sarang laba-laba pake kemoceng* dan sekarang Insya Allah dalam waktu dekat saia akan mulai menulis lagi {aminn} semoga pembaca blog dan reader masih betah membaca blog usang ini.

sekali lagi, thank you~

SPRING CHAP 9 ~Blame~

Nana menatap gedung sekolah Tomodaijou Gakuen yang ramai akan pengunjung. Gakuen-sai disini memang sangat menarik untuk dikunjungi banyak orang setiap tahunnya. Sedari tadi, ia hanya berdiri di depan gerbang Gakuen yang penuh orang berlalu-lalang. Ia ragu untuk masuk, ia belum sama sekali mempersiapkan hatinya, untuk dorama, untuk bertemu kru dorama yang kemarin ia tinggalkan, untuk bertemu, Hoshi.

Ia menggenggam gulungan naskah erat. Sedari malam tadi ia berlatih keras, untuk menghadapi kegugupannya, terhadap penonton, terhadap orang-orang yang sudah bekerja keras untuknya, terhadap Hoshi…

Nana memukul kepalanya sendiri. Mengapa hanya Hoshi yang ia pikirkan? Gerutunya dalam hati.

Ini bukan saatnya berpikir yang bukan bukan, Nana.. tegurnya pada diri sendiri.

Oh Tuhan, aku harus bagaimana?? Keluhnya menatap langit yang kebiruan, berharap ada sedikit harapan yang terbawa angin.

Apakah hubunganku dengannya, hanya sampai sini?

==<3<3<3===

Hoshi sudah menatap arlojinya ribuan kali. Tinggal satu jam sebelum latihan terakhir yang kedua kalinya, dan Nana belum datang juga ke ruang teater. Hoshi mendesah.

Apa memang sudah tak ada harapan lagi?

Ia jatuh terduduk, lemas. Otaknya sudah terlalu lelah untuk berpikir bagaimana caranya agar ia bisa berhadapan dengan Nana. Semenjak kejadian itu ia belum sama sekali bisa berpikir suatu cara untuk menjelaskan nya pada Nana.

Ia menekuk lututnya. Menenggelamkan kepalanya ke dalam kedua lengannya.  Ia mengenggam naskah dorama yang sudah lusuh karna dibaca ribuan kali. Membacanya sekali lagi.

“ mungkin aku memang tidak bisa menjadi sehebat Arashi.. “ keluhnya sembari tertunduk lemas. Ia membuka lembar demi lembar naskah yang ia genggam.

Dan tiba-tiba, ia tertegun.

=<3<3<3=

“ Kazuma-san, latihan terakhir sudah akan dimulai, apa Mitsuki-san belum datang juga? “ Tanya Kanazawa-sensei cemas. Hoshi menggeleng.

“ Kanna-san! Coba hubungi dan cari Mitsuki-san sekali lagi! “ pinta Kanazawa-sensei pada salah satu kru. Hoshi kembali menatap pintu masuk ruang teater yang sedikit terbuka dengan tatapan kosong.

Putri-nya sama sekali belum datang.

Mungkin sang pangeran memang ditakdirkan untuk menunggu.

=<3<3<3=

Karena Nana yang tak bisa dihubungi, akhirnya posisi sang putri dikosongkan sementara. Adegan – adegan yang melibatkan Yume dilewati. Hoshi menjalani latihan terakhir itu dengan cemas, ia sama sekali tidak bisa berkonsentrasi. Panggung auditorium yang luas sudah didekor sedemikian rupa selayaknya panggung teater itu terasa kosong, setidaknya baginya.

Adegan demi adegan berjalan sebagai mana semestinya. Akhirnya tibalah pada bagian terpenting, dimana Yume meminta penjelasan pada Arashi mengapa ia memerangi kerajaan Yume. Arashi yang berada dalam dilema mencoba untuk tetap dingin, ia berkata bahwa ia terlahir memang untuk memerangi Yume, dan dilarang untuk mencintainya. Ia berkata seakan ia membenci Yume. Padahal sesungguhnya hatinya sangat sakit, seandainya ia tidak terikat perjanjian darah dengan King, pasti ia.. ia tidak akan..

Peran Nana digantikan oleh Sakura yang kebetulan menjadi pemeran pembantu, sementara. Hoshi sudah pasrah dan mencoba untuk benar-benar tidak peduli lagi. ia ingin segera mengangkat bendera putih, menyerah.

Adegan terakhir dimulai. Hoshi berbalik dan mengibaskan pedangnya. Perang belum usai. Ia berjalan dalam kegelapan perang. Ia mengejar sesuatu yang tidak seharusnya ia cari.

Yume.

Sakura menyadari sesuatu. Ia tersenyum dan menghela napasnya pelan.

“ aku datang untuk menangkapmu, kerajaanmu sudah hancur, kau sudah tak bisa berkutik lagi, Putri, menyerahlah..” ujar Hoshi dengan nada dingin, menjulurkan pedangnya kearah Sakura.

“ aku tidak punya alasan untuk menyerah, Wahai Penyihir.. aku takkan menyerah begitu saja selama aku, juga semangatku belum redup..” balas Sakura.

“ kau lemah! Kau sama sekali tak pantas untuk berkata belum menyerah, pengecut!” ejek Hoshi,  ia berbalik membelakangi Sakura, seakan merendahkannya.

” Penyihir, “ nada Sakura merendah. Tak Hoshi sadari, Sakura menyingkir dari panggung

“ tidakkah kau merasa, kau tampak begitu menyedihkan?“

Hoshi berbalik dalam hitungan detik, terkejut.  Suara ini? tidakkah?

Semua kru tersenyum lega. Hoshi masih tak bisa mempercayai apa yang ia lihat.

Yume sudah kembali.

=<3<3<3=

Kanazawa-sensei menginsyaratkan untuk melanjutkan latihannya. Hoshi yang nampak begitu terkejut hingga tak bisa berkata-kata hanya mengangguk. Hoshi menghirup napas keras. Nana, Nana yang ia lihat benar-benar nyata. Ia menatap tajam kea rah Hoshi. Ia tampak begitu tenang. Hoshi, disaat seperti ini, ia hanya berharap ia tahu apa yang harus ia lakukan.

“ menyedihkan? Tahu apa kau tentang perasaan itu? “

“ kau hanya mengelak tentang apa yang kau rasakan sekarang, karena kau menahan semuanya, kau hanya nampak begitu menyedihkan..” pandangan mata Nana melembut. Hoshi tertegun.

“ yang aku mungkin tahu, kau juga nampak begitu menyedihkan, Yume,”

Nana tertegun, menatap kaca yang memantul dari mata abu-abu Hoshi.

“ Menyerahlah,”

=<3<3<3=

Nana sama sekali tidak tahu apa yang ia pikirkan saat itu. langkahnya berjalan sendiri. Kedua kakinya bergerak sendiri, seperti orang ling-lung. Dan ketika ia membuka pintu auditorium pelan,

Sosok Hoshi dengan surai berkibar bak pangeran, begitu menyilaukan dimatanya.

Mungkin sang putri memang harus kembali.

Kurasa, sesuatu yang hancur adalah sesuatu yang hanya perlu diperbaiki, bukan begitu?

=<3<3<3=

Latihan akhirnya beranjak sukses. Semua sudah berjalan sebagaimana mestinya. Yang belum berjalan sukses hanya satu, hubungan Nana dan Hoshi. Mereka berdua masih meredup, sama-sama tidak tahu caranya untuk kembali.

Semuanya sudah bersiap. Hoshi dan Nana baru saja keluar dari ruang ganti, bersamaan. Mereka bertemu pandang. Nana langsung mengalihkan pandangannya kea rah lain dan akan berlari pergi.

“ Tunggu, “ sela Hoshi. Nana terdiam di tempatnya berdiri dengan perasaan yang tak karuan. Sedih sekali.

“ Putri, bisakah kau lupakan semuanya, sekali ini saja? “

Nana menoleh dalam hitungan detik, matanya basah.

“ Kumohon, “ ujar Hoshi sembari berlutut.

=<3<3<3=Gomen,To Be Continu lagi… hohoho (sengaja)<3<3<3=

*digebukin orang sekampung*

nyaaa~ maap nyaa~ doramanya belum bisa ditampilkan, terlalu eksklusif.. *plakk* soalnya rencana suzu emang dorama di chap 10, jadi nunggu aja yo~

trus, gomennasai, okure chatte.. suzu tu udh lamaaa banget ga OL.. tiap hari makan soal-soal ga ada habisnya.. =_=”

do’a in suzu aja yah, biar segalanya dipermudah, aminn.

buat yang mau UN juga, toss dulu! i know we can do it guys! 😉

last words,

arigatou! ^.^

mungkin caraku memang salah, tapi, manusia tak boleh menyerah, bukan?

SPRING CHAP 8 ~Final Act~

“ Hmmmm… “

“ kamu sedang apa sih, Sakura? Berhenti bersikap konyol! “ omel Naito kesal. Sakura yang sedang sibuk mondar – mandir kesana kemari menatap tajam ke arah Naito. Naito Cuma mendesah.

“ Sssst!! Diam Naito! Kau pikir kita sekarang sedang apa?! Ini misi penting tahu! “ teriak Sakura berlebihan. Orang – orang yang ada di deretan pertokoan menoleh. Sakura salah tingkah.

“ Naito! Kamu sih! Kita jadi dipandang aneh kan! Diam! “ peringat Sakura.

“ memangnya dari tadi siapa yang berisik, hah? “ ujar Naito santai, sembari membaca-baca halaman demi halaman Koran yang entah kenapa ia bawa.

Sakura terhenyak malu. Lalu tertawa-tawa aneh. Sekali lagi, Naito hanya mendesah pasrah.

yan nacchau keredo, ii koto ga au no mo jinsei..

“ ada telepon tuh.. “

“ aku tahu, aku tahu.. “ Sakura merogoh ponsel nya.

Moshi Moshi? “ sapa Sakura.

“ Sakura Onee-chan ? “ panggil suara yang ada di seberang telepon.

nee.. Ojou-chama~ Do desu ka? “ ujar Sakura senang ketika tahu siapa yang menelepon.

“ sudah kubilang, jangan panggil aku dengan nama itu, Sakura nee-chan!! “ omel nya. Sakura tertawa.

Gomen, gomen.., soshite do desu ka, Mii-chan ? “ Tanya Sakura tak sabar.

Mission complete, Taichou! “ ujar Mira senang.

“ Hyaaa.. >_< kakkoi yo, letnant! Aishiteru!! “ Sakura melonjak kegirangan. Naito hanya mendesah sembari menggeleng – gelengkan kepala.

“ tidak usah membuatku merinding deh, Taichou.. “ desah Mira mendengar kelakuan Sakura. Sakura lagi-lagi hanya tertawa aneh.

“ soshita, bagaimana reaksi dua orang itu? “ tanya Sakura meminta kejelasan.

“ aku malas menjelaskannya, terlalu panjang.. aku kirimkan rekamannya saja ya?”

“ Hieee??! Kau rekam? Huaa.. kau benar-benar seorang hime-chama~ daisuki yo!! “ ujar Sakura berlebihan. Mira tersipu malu, Sakura mengingatkannya kembali soal tadi.

“ Baiklah, Arigatou ya, Mii-chan, kau sudah sangat membantu kami, nanti akan kuberi hadiahnya, ok? “

“ memangnya ini benar-benar tidak apa-apa, Nee-chan? Aku takut Hoshi-nii membenci ku.. “ Tanya Mira cemas. Sakura menggeleng.

“ tidak, tidak, tenang saja, tidak akan terjadi apa-apa, tenang saja, ok? Serahkan pada taichou! “ ujar Sakura berbangga diri.

KLIK! Sakura menutup flap ponselnya. Lalu mengedipkan sebelah mata nya pada Naito.

Flip Flap Flip.. tak beberapa lama, sebuah pesan masuk ke ponsel Sakura.

“ Ini dia rekamannya! Kocchi ne, Naito! “ Sakura menarik lengan Naito. Naito yang penasaran akhirnya tak menolak.

Moshiwake arimasen, ojou –san. Wakaranai kara. Watashi wa zutto, kitto Kazuma-san ni soba ni iranai tte. Ojamashimasu.”

“ Matte! “

Sayonara, Nice to know you here, Hoshi..”

“Hiks, Hiks, Hiks, menyedihkan.. menyedihkan.. “ ujar Sakura sembari berpura – pura menangis. Naito hanya mendesah.

“ kau menangisi kejahatanmu sendiri, ya? “ sinis Naito. Sakura tertawa.

“ Menarik! “ ujar Sakura sembari menjulurkan lidahnya.

“ ini baru namanya taruhan, Naito! Menarik bukan? “ Sakura mengedipkan sebelah matanya pada Naito, ia terlihat sangat bersemangat.

“ dasar penjahat.. “ ejek Naito sadis. Sakura hanya tersenyum mengerikan.

“ tidak ada orang yang bertaruh yang tidak ingin menang, bukan ? “

“ sebenarnya mau mu apa sih? “ desah Naito.

“ Kasihan juga kan, Mitsuki-san dan Hoshi.. “

“  wah, Naito ternyata punya rasa kasihan juga.. “ sindir Sakura.

“ Hei kau! Tadi kau bilang apa? “

“ memangnya Naito punya rasa kasihan? ! “

“ sial! “

“ hyaa! Monster Naito datang! Takut! Takut! “

“ Saku.. “

“ Doushite.. kimi wo.. suki ni.. shimatta n’darou.. ?” tiba-tiba, ada suara yang memecahkan pertengkaran mereka.

“ EH? “ Sakura langsung menarik kerah kemeja Naito, bersembunyi. Naito hanya pasrah.

“ itu, Nacchan! “ bisik Sakura pelan.

“ sepertinya aku sudah melihat korban kejahatan Sakura secara live, kasihan sekali.. “ desah Naito ketika melihat Nana yang berjalan lunglai sendirian, bersenandung sendu.

BLETAK!

“ Aw! Sakit, bodoh! “ Naito mengaduh. Nana yang merasa mendengar sesuatu menoleh. Sakura panik. Langsung menarik Naito bersembunyi lebih dalam di sebuah lorong sempit.

“ dasar bodoh! Jangan berteriak! Nanti ketahuan! “ Sakura meletakkan telunjuk nya di depan bibir. Naito mengusap usap kepalanya yang sakit dijitak Sakura.

Nana sudah berlalu. Naito kembali menghirup udara segar setelah terkurung di lorong sempit bersama Sakura. Sakura membuka flap ponselnya dan mengetik email.

To : Mirai – chama ( kazuchii_mirai@fujipii.jp)

From : Sakura ( sakura_hoshikii@yalcott.jp)

Great job, Mii-chama~

Kau memang pintar berakting~ amazing~ kakkoi yo~ good job~ kapan-kapan aku minta bantuan mu lagi,Mii-chama~ arigatou!

“ Dasar penjahat.. “

“ hya.. aku jadi tidak sabar menunggu esok hari! “

“ sepertinya aku harus benar-benar menelpon 110.. “ ujar Naito sembari mengeluarkan ponsel. Nana tertegun.

“ Naito! Kau tidak pernah memberitahuku bahwa kau punya ponsel! “ protes Sakura.

“ memangnya apa hak mu tahu aku punya ponsel atau tidak ? “ ujar Naito santai.

“ dasar jahat! “

“ harusnya kau bercermin siapa yang jahat, bodoh! “

=====____=====

“ memangnya apa salah Kazuma-kun sehingga aku meninggalkannya? “ gumam Nana sembari menutup mukanya dengan bantal.

“ Bodoh! Bodoh! “ Nana beranjak dari kasur. Ia melempar bantalnya ke sebuah pamflet yang tertempel di dinding kamar. Pamflet dorama itu. pamflet berwarna hijau, disana ada wajah Hoshi sebagai witch, dan Nana sebagai Princess yang saling berhadapan. Tangan mereka bersentuhan, akan tetapi dihalangi sebuah dinding tak terlihat. Yang menyebabkan mereka seakan berpisah. Wajah Hoshi dan wajah nya sama-sama tampak sedih, seakan tak ingin berpisah. Namun sudah terlambat, mereka terpisah oleh kenyataan. Pamflet yang indah sekali.

Sebelumnya Nana berpikir bahwa Tomodaijou Gakuen terlalu berlebihan. Karena Tomodaijou Gakuen selalu membanggakan pentas dorama ini setiap tahunnya, sehingga mereka membuat berbagai iklan dan pamflet untuk mempromosikannya.

Aku tidak boleh mengecewakan orang – orang yang sudah berusaha mendukung dorama ini.. batin Nana bingung. Bagaimana ia bisa berakting dengan baik apabila dihadapannya ia harus bersama Hoshi?

Ouh Kami-sama, apa yang harus aku lakukan?

Beri aku sedikit keberanian!

=======

“ Hoshiko-chan, kocchi ne, Nyaa~ “ panggil Hoshi. Yang dipanggil menuju kea rah suara.

kore.. makanan kesukaan mu kan, Hoshi-nyan? “ ujar Hoshi sembari tersenyum, mengusap kepala Hoshiko pelan.

“ Huffth.. kenapa ya, ketika aku kembali menemukanmu, Nana-san sudah tak berada disisi ku? “ desah Hoshi.

“ Ouh.. Hoshi-nyan, apa yang harus aku lakukan agar ia kembali padaku? Aku… “

“ kau tahu, aku sangat menyayanginya.. dan aku hanyalah seseorang yang bodoh karena aku sudah sangat terlambat untuk menyadarinya.. “ sesal Hoshi.

“ Hoshi-nyan.. apa yang harus aku lakukan? “ ujar Hoshi putus asa.

“ Miaww.. “ mungkin hanya itu respon dari Hoshiko. Tapi yang Hoshi tahu, ia juga mengkhawatirkannya.

arigatou.. kau sudah mencemaskan ku, dan sekarang waktunya aku mencemaskan diriku sendiri, tentang apa yang harus aku lakukan besok, “ Hoshi mengelus kepala Hoshiko. Lalu bertopang dagu menatap bulan yang bersinar redup, Seakan merindukan keberadaan matahari, seperti dirinya yang sangat merindukan Nana.

-tobe Continued on The Dorama-

http://emo.huhiho.com

yosh~yosh~ reader-sama~

http://emo.huhiho.com

gimana ceritanya? bagus tidak? *dilemparin tomat karna ceritanya sedikit*

http://emo.huhiho.com

hyaaa.. jangan lempar lempar donk~

http://emo.huhiho.com

emang sih critanya sdikit, lagipula suzu nulis ini hanya untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.. hohohoho

http://emo.huhiho.com

yepp~ pliz give me comment, after aLL.

http://emo.huhiho.com

tunggu terus kelanjutannya ok? gomen kalo kurang berkenan di hati kalian masing-masing..

http://emo.huhiho.com

at last, sayonara!

http://emo.huhiho.com

Short Stories #1 ~Invisible Friend~

Hari ini, lagi-lagi aku hanya terbengong-bengong memandang ke Bumi di bawah sana. Tidak mengerjakan tugasku seperti biasanya. Aku menguap lebar, menjatuhkan diriku di sebuah gumpalan awan. Perasaanku sedang tidak enak hari ini. Penyebabnya  hanya satu. Ia adalah seorang manusia yang tinggal jauh dibawah sana. Seorang gadis manis bernama Himemiya. Himemiya Tomoko.

Masih belum tahu siapa diriku sebenarnya? Karena aku baik hati, akan kuberi tahu, aku adalah salah satu dari berjuta-juta malaikat yang bertugas untuk mengawasi manusia di bumi. Ketika aku mulai bertugas, aku diberi tanggung jawab untuk mengawasi seorang bayi mungil yang baru saja lahir, di sebuah pinggiran kota yang hiruk-pikuk, pinggiran kota Tokyo.

Perkenalkan, namaku Fye. Sudah 14 tahun aku mengawasi bayi mungil itu, yang sekarang mulai tumbuh dewasa, menjadi seorang gadis yang sangat manis, bernama Himemiya Tomoko. Tak terbayangkan sudah 14 tahun aku mengawasinya, Menolongnya, memberinya semangat, kemudahan, dan mengatur nasibnya. Aku jadi terharu.

Dan hari ini ia mulai membuatku pusing sekaligus cemas. Aku sedang dalam situasi yang tidak menyenangkan. Mengatur nasib seorang remaja adalah hal yang sulit. Di masa-masa begini, aku juga ribuan malaikat lainnya, yang bertugas mengawasi para manusia yang beranjak dewasa, sedang pusing bukan kepalang. Karena pada saat ini kehidupan mereka yang sebenarnya baru dimulai. Kami yang akan menuntunnya di jalan mereka sendiri-sendiri.

Hmmmph… mungkin untuk menghilangkan rasa suntukku, aku akan mengajak kalian berjalan-jalan dan aku akan bercerita sedikit, tentang ”anak asuh”ku yang telah ku awasi selama bertahun-tahun. Ya, jadi dengarkan baik-baik ceritaku. Inilah sebuah kisah tentang seorang Himemiya Tomoko. Begini ceritanya…

” Uhh… mau sampai kapan kita menunggu disini, Sunacchan!! Dingin sekali disini! Rasanya mau mati!” keluh Tomoko, ia melirik jam tangannya dan merapatkan jaketnya. Angin musim gugur begitu kencang. Menyapu daun-daun yang berguguran di jalanan.

” Sabar lah sedikit, Moco-chan, sebentar lagi, sebentar lagi…” Sahut Kamihara Sunako dengan sedikit gelisah, takut Tomoko meninggalkannya sendirian.

” Jangan panggil aku dengan nama konyol begitu!”  sahut Tomoko kesal, menyilangkan tangan didepan dada sambil memalingkan wajah, sebal.

” Lagipula sia-sia saja kau menunggu disini, pujaan hatimu takkan datang! Mungkin ia lewat jalan pulang lainnya, atau pergi makan siang bersama teman-temannya, atau mungkin ia sengaja menghindari Secret Admirernya, huh?” goda Tomoko dengan nada sinis, yang disambut dengan jitakan Sunako yang sangat keras, disusul dengan teriakan mengaduh Tomoko, membuat mereka menjadi pusat perhatian orang-orang yang sedang asyik menikmati angin musim gugur di pinggir jalan.

” Huaa… Moco-chan! Jangan berkata hal yang mengerikan begitu!” teriak Sunako, sifat cengengnya mulai keluar.

” Sudahlah!! Tak ada gunanya menunggu disini, perutku sudah lapar, makan bento saja yuk, di restoran ujung jalan…” ajak Tomoko dengan nada memelas, sembari menarik tangan Sunako.

” Tapi bagaimana dengan dia…” tanya Sunako ragu,sambil menggigit jari tengah kanannya, wajahnya menengadah.

” kan besok masih bisa? Sudahlah, perutku sudah tak bisa toleransi lagi, lapaarr…” sahut Tomoko tanpa memalingkan wajahnya pada Sunako. Tetap menyeret Sunako untuk pergi.

” Apanya?? Besok sudah liburan kenaikan kelas!! Mana bisa aku menunggunya lagi…” jawab Sunako pelan. Memasang tampang sedih.

” Tiiii…Dddaakkk… sudah kubilang sudah tak ada toleransi lagi! Ayo pergi!” Tomoko menyeret Sunako makin jauh. Tangan Sunako menggapai-gapai sekitarnya. Mencari tempat berpegangan. Sayang ia tidak berhasil. Ia menyerah dan ikut Tomoko pergi. Lagi pula perutnya juga lapar.

Di sepanjang perjalanan mereka berdua hanya diam saja. Saling merenung satu sama lain. Hanya saja Tomoko tetap menyeret tangan Sunako.

” Moco-chan…”

” menurutmu, apa yang akan terjadi di kelas tiga nanti?” tanyanya,

Tomoko berpaling ke arah Sunako yang berada di belakangnya. Ia terdiam memandang Sunako. Lama.

” sudah kubilangkan?” ucapnya sambil menghela nafas.

” JANGAN PANGGIL AKU DENGAN NAMA KONYOL ITU!!” lanjutnya keras. Sunako terlihat kaget. Namun sesaat kemudian ia tersenyum nakal ke arah Tomoko. Membuat Tomoko makin kesal. Tomoko berdeham. Menarik nafas,

” maksudmu?” tanyanya.

” yah, apa kau tidak merasakan apapun saat kita naik kelas tiga ini? Perasaan apa begitu..” sahutnya, sembari menggigit-gigit ujung syalnya.

” mmmphh… tidak ada apa-apa, biasa saja. Memangnya kenapa?” jawab Tomoko tenang. Padahal ada sesuatu yang mengganjal dihatinya.

” benarkah tak ada apa-apa? Perasaan sedih dan yang lainnya, karena mungkin kau takut berpisah dengan… yah teman-temanmu…” ucapnya pelan.

” maksudmu, apa aku sedih apabila aku berpisah dengan sahabatku ini?? Hmm??” sahutnya dengan nada menggoda sembari mengerlingkan matanya.

” e, benar sekali!! Kalau nanti kau dan aku pisah kelas, bagaimana?”

Tomoko menatap Sunako tajam. Sunako gelagapan.

” memangnya pisah kelas berarti putus hubungan?” balas Tomoko tajam.

” Tidak sih, tapi aku hanya takut berpisah denganmu, Moko-chan…” ujarnya pelan sekali. Sembari menunduk. Tomoko menatapnya pelan. Menggenggam erat kedua tangan Sunako.

” memangnya apa alasanmu sampai kau berkata begitu?”

Sunako terdiam. Ia segera memulai perjalanannya kembali. Kali ini, tangannya yang menggenggam erat tangan Tomoko dan menariknya.

” sepertinya mau hujan, ayo cepat! Aku sudah lapar!” sahut Sunako riang. Tomoko hanya tersenyum lembut dan mengikuti langkah Sunako pelan. Tangannya menengadah pelan keatas. Ia merapatkan syal dan jaketnya dan bergumam,

” sepertinya musim dingin akan menjadi lebih dingin dari biasanya…”

>>>>>>

TENG…TENG…

Bunyi lonceng pertama di semester baru. Menandakan bahwa seluruh siswa di SMP Mimemachi ini resmi naik kelas. Anak-anak berkerubung didepan papan besar, yaitu papan pengumuman pembagian kelas. Semua anak gelisah, takut mereka tidak sekelas lagi dengan teman-temannya di kelas yang lama.

Tomoko menyusuri pandangannya pada papan pengumuman itu. Matanya terpaku pada namanya yang tertulis disana. Himemiya Tomoko. 3-A. Dengan cemas, Tomoko menyusuri deretan nama-nama teman barunya dikelas. Tidak ada sesuatu yang ia cari, yaitu nama Kamihara Sunako. Mukanya ditekuk. Tanda kecewa.

” HYAAA…tomokoo…. mengapa kita tidak sekelas!!???” tiba-tiba ada seseorang yang menghambur ke arahnya dari belakang. Siapa lagi kalau bukan Sunako?

Tomoko hanya terdiam. Berdeham sebentar. Mengatur nafasnya. Ia memegangi dadanya. Ada perasaan yang tidak enak yang menyelimuti dirinya. Entah perasaan apa itu.

” ya, kau ada dikelas 3-B kan? Jangan kecewa, toh kita masih bisa bertemu kan? Kelas kita kan bersebelahan…” ujarnya. Ia berusaha menyembunyikan rasa kecewanya.

” Ta, tapi kan aku tidak bisa bertemu Tomoko secara bebas! Kau tahu kan aku paling malas keluar kelas? Kalau kita jadi jarang bertemu, Bagaimana?” tanya Sunako cemas.

” yah, anggap saja bertemu denganku sebagai alasan untuk kau keluar kelas kan?” ujarnya santai sambil memasukkan tangan dalam saku. Sembari mengerlingkan mata.

” SEMUA MURID HARAP MENUJU KE KELAS MASING-MASING, SEKALI LAGI..”

” kalau begitu, aku pergi dulu, Sunako,Issho ni Ganbaro yo…”

un, arigato…” ujar Sunako sambil berbalik pergi.

” A, Tomoko…” panggil Sunako tiba-tiba. Mereka saling berbalik arah. Berhadapan.

Otsukaresamadeshita… Honto ni arigato, Tomoko-chan…” ujar Sunako pelan, sembari membungkuk dalam-dalam. Ia berbalik dan melambai, berlari ke arah kelasnya yang sudah dipenuhi keramaian. Tomoko hanya tersenyum pelan.

>>>>>>>>>>

Itadaima!”

Tomoko berlari menuju beranda kamarnya yang berada di lantai dua. Perasaan kecewanya masih belum hilang. Biasanya, apabila ia merasa sedih ataupun bingung, ia melamun di beranda rumahnya. Ia merogoh kantungnya, mencari sesuatu. Ternyata ia mengambil iPod kesayangannya. Ia ingin me-refresh-kan diri.

Tomoko bersenandung pelan. Suaranya terbang terbawa angin musim gugur. Damai sekalii… pikirnya. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya, ia tidak tahu.

Aku menghela nafas panjang. Melihat Tomoko dari kejauhan. Aku sengaja turun ke bumi untuk melihat-lihat. Hari ini jalan hidupnya sudah ditetapkan olehku, dan itu takkan melenceng atau keliru. Sebenarnya aku sangat kasihan padanya. Di masa remaja, seorang malaikat yang bertugas mengawasi manusia harus menentukan sebuah ”ujian”.

Ujian apa itu? Mmm… bisa dibilang, semacam… masa-masa sulit bagi seorang manusia untuk dihadapi. Dengan ”ujian” ini manusia akan dipilih dari usahanya, apabila usaha seorang manusia itu keras, penuh perjuangan, dan bersemangat dalam menghadapi ”ujian” itu, ia akan menjalani kehidupannya dengan tenang di kemudian hari. Sebaliknya juga begitu. Eh, aku berbicara terlalu sulit ya?

Dan kali ini ujian untuk Tomoko yang telah ditentukan, termasuk ujian yang cukup berat. Dimana Tomoko harus mempertahankan sesuatu yang ia sayangi. Kau tahu itu apa? Ya, itu adalah Sunako.

Entah kenapa harus Sunako. Padahal Sunako adalah seseorang yang paling berharga untuk Tomoko. Tapi apa daya, tugas tetap tugas. Harus kulaksanakan mau tak mau. Mungkin aku harus menyiapkan satu kardus tissue, karena aku tidak tega melaksanakan tugas itu. Hhh… baiklah, ujian itu, dimulai…

TENG…TENG…

Anak-anak SMP Mimemachi berhamburan keluar kelas. Pelajaran telah usai. Tomoko berlari ke arah kelas 3-B. Mengintip dari balik pintu kelas yang sudah agak sepi.

” Sunako!” panggilnya. Sunako tersenyum.

” Moco-Chan? Ayo kita pulang sama-sama, Oh, iya, kenalkan, dia Tsukiyomi Utari, kawan baruku dikelas…” Sunako memperkenalkan Tomoko pada seorang gadis manis bernama Tsukiyomi. Tomoko menjabat tangan Tsukiyomi sembari tersenyum. Gadis itu tersenyum lebar.

” kau tidak menunggunya lagi, Sunacchan? ” tanya Tomoko.

” Oh, iya! Aku lupa memberitahumu!!” sahut Sunako sambil menepuk jidatnya.

”kenapa?” tanya Tomoko heran.

” dia! Takesshii!! Dia sekelas denganku! Kyaa!! ” seru Tomoko senang.

” syukurlah kalau begitu, kau bisa melihatnya setiap hari sampai kenyang!” seru Tomoko sebal.

” Hihi, ayo kita pulang!” seru Sunako makin senang.

” mm… Sunako, kau kelihatan ceria sekali hari ini, ada apa?” tanya Tsukiyomi.

” itu karena tugas minggu depan, Utari-san! Bukankah kita berdua sekelompok dengan Takeshi-kun? Kyaa!!” serunya sangat gembira. Ia melonjak-lonjak.

” oh iya, tentang PR sejarah, kau dapat tugas membuat artikel tentang apa?” tanya Sunako pada Utari.

” Sunacchan…” panggil Tomoko.

” aku dapat artikel tentang Nobunaga, dan kamu? ” tanya Utari.

Hideyoshi! untung tidak begitu susah, setidaknya sesusah Nobunaga! Hahahaha…” tawa Sunako.

”Sunako…” Panggil Tomoko sekali lagi.

” Huuu… Sunako curang! Seharusnya aku yang mendapat Hideyoshi!”

Mereka tertawa sambil berkejar-kejaran, Tomoko hanya terdiam melihat mereka. Dari tadi Tomoko memanggil-manggil Sunako karna ia sudah sampai rumah. Tapi apa daya, sepertinya mereka tak sadar akan itu. Tomoko menutup gerbang rumahnya sambil tersenyum, mencoba menghibur diri sendiri.

>>>>>>>>>>

Tomoko menopang dagunya. Mendesah pelan. Sudah beberapa hari ini, ia sama sekali tak bertemu Sunako.  Sebenarnya mereka sudah sering bertemu, tapi mereka sama sekali tidak punya kesempatan untuk mengobrol langsung. Sunako selalu mengatakan, ”maaf Tomoko, tapi aku harus kerja kelompok…” atau ”maaf Tomoko, tapi aku sudah janji makan siang sama Takesshi…” dan alasan-alasan lainnya yang lama kelamaan membuatnya sebal.

Tomoko membereskan buku-bukunya dan ia masukkan ke dalam tas. Lalu beranjak pergi meninggalkan kelas yang memang sudah sepi. Di depan pintu kelas, ia menoleh ke arah kelas 3-B. Hanya menoleh, lalu berpaling dan pergi.

Tomoko menyusuri trotoar dengan malas. Sebentar lagi musim panas, salju-salju telah mencair, dan burung-burung kembali keluar dari sarangnya setelah musim dingin. Tomoko telah membayangkan hal-hal yang indah di musim panas. Apalagi kalau bukan Liburan! Pikiran Tomoko sudah melayang kemana-mana. Izu, Osaka, Shibuya, Harajuku, Narita, semuanya menyenangkan! Tetapi setelah itu, di benaknya muncul nama Sunako. Wajahnya langsung kembali terlihat sebal.

”Kalaupun ku ajak lagi, dia akan menolak dengan alasan sudah berjanji dengan teman-temannya, memangnya aku bukan temannya, ya?! Hu uh!” gerutunya sambil berkacak pinggang.

Tiba-tiba Tomoko mengusap perutnya. Ia lapar. Dan akhirnya ia memutuskan untuk membeli bento di restoran ujung jalan.

Tomoko mendorong pintu restoran. Seorang pelayan langsung menyambutnya dan mempersilahkan duduk di sebuah tempat duduk kapasitas 2 orang yang ada di dekat jendela. Tomoko memanggil salah seorang pelayan dan memesan makanan. Sambil menunggu, ia memandang sekeliling.

Restoran ini ramai sekali oleh pelajar SMP maupun SMA pada saat makan siang. Karena jam kepulangannya lebih awal di musim dingin, para pelajar memilih untuk makan Restoran ini sembari mengobrol. Tomoko iri pada anak-anak SMP yang asik bercanda dengan teman-temannya. Sepertinya asik sekali makan siang dengan teman, pikirnya. Tentu saja, hampir semua pengunjung yang datang membawa teman. Sementara dia, hanya sendirian. Tenang, aku akan selalu berada di sampingnya…

Tomoko sudah selesai makan dan akan beranjak pergi. Ia meraih tasnya dan berjalan menuju pintu keluar. Di pintu keluar, tiba-tiba ia menabrak seseorang. Ia jatuh terduduk dan langsung meminta maaf pada seseorang yang ia tabrak tadi. Orang itu bilang tidak apa-apa dan langsung berlalu, Bersama seorang laki-laki dan seorang perempuan. Mereka bertiga berjalan menuju pintu masuk, berlawanan dengan Tomoko. Mereka bertiga melewati Tomoko begitu saja. Tak menyapa atau apa. Hanya lewat. Padahal ia adalah orang yang paling dikenalnya. Sunako!

Orang yang bersama Sunako adalah Takesshi dan Tsukiyomi. Mungkin Tomoko masih bisa maklum, karena ia jarang bertemu Tsukiyomi atau Takesshi. Tapi Sunako! Teman yang selalu berada disampingnya selama 2 tahun, tidak melihatnya! Padahal Sunako sempat ia tabrak tadi. Mengapa, ia sampai tidak melihat Tomoko?

Tomoko masih tertegun sambil bangkit berdiri. Ia menunduk, ada sesuatu yang terjatuh di dekat kakinya sepucuk amplop berwarna biru, dengan sebuah stempel berbentuk hati di bagian belakang. Tomoko memungutnya.

”Untuk Himemiya Tomoko ” bacanya.

Untuk Tomoko? Kenapa bisa ada disitu?

” hey, ini untukku? Kenapa terjatuh, kenapa aku baru melihatnya sekarang? Atau jangan-jangan, ini punya Sunako yang ku tabrak tadi?”  gumam Tomoko. Ia berbalik ke arah restoran tadi. Melihat satu persatu pengunjung dari kaca etalase. Sambil bergumam,

” harus kuapakan surat ini?”

Tomoko melihat Sunako sedang mengobrol bersama Tsukiyomi juga Takesshi, sepertinya tidak enak mengganggu mereka. Apa surat ini, kubawa pulang saja?

>>>>>>>>>>>>>>>>

”Untuk Himemiya Tomoko”

” maaf, aku sudah sering meninggalkan mu sendirian saat pulang sekolah atau jam makan siang, tapi mengertilah, aku memang benar-benar ada urusan dan janji, maka dari itu, sebagai permintaan maaf, bagaimana kalau kita jalan-jalan di taman hari minggu nanti, Bagaimana? Mau ya? Sunako ” baca Tomoko dalam hati. Ia berbinar-binar.

” aku pasti akan datang, Sunako, tunggu saja” jawab Tomoko senang,

Sementara itu, jauh di restoran tempat Sunako berada,

” ada apa Takesshi-kun? Kenapa mengobrak-abrik tas begitu? ” tanya Tsukiyomi heran.

” tidak apa-apa, hanya ada barangku yang hilang, kalian melihatnya? ” tanya Takesshi cemas.

” barang apa? ” tanya Sunako sambil memutar-mutar sumpitnya.

” sebuah Amplop! Amplop biru…”

” apa isinya? Surat cinta untukku ya? Hehehehe…” tebak Sunako asal.

” bukan! Mimpi apa aku semalam sampai aku membuat surat cinta untukmu? Huh!” jawab Takesshi sebal.

” lalu? ”

” pokoknya ada deh isinya, yang penting, kalian tahu tidak?”

” mungkin sudah diterbangkan angin, kau taruh itu disakumu kan? Mungkin terjatuh, atau mungkin dipungut seseorang…” jawab Tsukiyomi sambil bertopang dagu.

” wah, bisa gawat kalau ada yang tahu isinya, apalagi cewek itu…” kata Takesshi cemas.

” cewek itu siapa?”tanya Sunako semakin heran. Takesshi hanya diam.

>>>>>>>>>>>>>>>>>

Hari Minggu,

Sunako berlari-lari menuju taman. Tak ada siapa-siapa ditaman itu. Hanya beberapa anak kecil yang sedang asik bermain bola dan ayunan. Kemana perginya Sunako?

Tik, tik, tik. Sudah hampir 4 jam ia menunggu disini. Tomoko sudah lelah dan berkeringat dan lapar. Lagipula, langit hari ini tak mendukung. Sepertinya akan hujan deras sekali. Tapi Tomoko mencoba untuk bertahan. Ia tetap menunggunya.

BRASSH… tiba-tiba hujan deras langsung mengguyur. Membasahi taman yang memang sudah sepi ini. Sudah sore ternyata, pikir Tomoko pelan. Ia kedinginan. Dan dari tadi ia belum makan apa-apa. Kepalanya agak berkunang-kunang dan ia memutuskan untuk pergi.

Ia berlari di atas jalanan becek. Karena kepalanya agak berkunang-kunang, ia menabrak seseorang. Tomoko tidak tahu itu siapa. Tapi yang jelas, Tomoko pernah melihat anak laki-laki itu, entah dimana. Laki-laki itu berjongkok untuk melihat keadaan Tomoko yang jatuh terduduk. Ketika mata mereka bertemu, laki-laki itu tertegun.

Tomoko bangkit dan meminta maaf, serta mengucapkan terimakasih dan langsung berlari pergi. Anak laki-laki itu masih tertegun, melihat bayangan Tomoko yang sudah menjauh.

” ternyata, si Tomoko itu, yang menemukan suratnya dan benar-benar pergi, sungguh di luar dugaan, hahahahahaha” tawa anak laki-laki itu keras.

” yang pasti aku telah berhasil merusaknya, merusak hubungan mereka! Huahahahaha”  Tawa seorang anak bernama Takesshi, di antara bunyi rintik-rintik hujan yang membasahi bumi, hari ini.

>>>>>>>>>>>>>

Kenapa? Kenapa ia tidak datang? Pikir Sunako. Ia menggigil di balik selimutnya. Air matanya mengalir deras. Bahkan ia tidak mengirim message atau apapun ke handphonenya. Kalaupun tidak bisa datang, minimal ia harus mengirim SMS permintaan maaf!

Ia pengkhianat, pengkhianat! Teriaknya keras dalam hati. Padahal dulu Sunako tak begini, kenapa sekarang…

” apakah hanya karena pisah kelas, kita berarti putus hubungan?”

Tomoko teringat kata-katanya pada Sunako. Padahal aku yang berbicara begitu, kenapa sekarang aku yang merasakannya? Tomoko mengusap airmatanya pelan. Ia mengambil sebuah buku diatas meja. Judulnya ”what’s the meaning of friend?” Tomoko melihat-lihat isinya. Setahuku, aku tidak pernah beli buku begini? Pikirnya heran.

“ Sahabat, adalah seseorang yang selalu ada disampingmu ketika kau membutuhkan seseorang untuk bersandar, seseorang yang akan mendengarkanmu berbicara apapun, yang selalu melindungi mu dimanapun kau berada, yang selalu mencemaskanmu ketika kau sakit, dan seseorang yang begitu menyayangimu, siapapun dirimu.

Seorang sahabat adalah seseorang yang selalu merasa kurang apabila kehadiranmu tak ada disisinya, selalu merasa aneh, ketika senyummu tak menyambutnya, merasa bingung ketika ia tidak menepati janjinya, dan merasa sakit, ketika kau tinggalkan dia” baca Tomoko dalam hati. Ia tertegun.

“apakah Sunako, memang benar-benar sahabatku? ” tanya Tomoko berguman sendiri.

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Festival olahraga musim panas akan diadakan hari ini. Semenjak hari minggu kemarin, Tomoko selalu menghindar apabila ia bertemu dengan Sunako. Tomoko hanya ingin menenangkan diri. Senin lalu, ketika ia ingin menghampiri Sunako dikelasnya, ia pikir Sunako akan menyesal dan meminta maaf padanya.

Ternyata tidak! Ia masih bisa tertawa dan bercanda seperti biasanya bersama teman-temannya. Berteriak dan menari-nari sambil tertawa terbahak-bahak.

” seorang sahabat adalah seseorang yang selalu merasa bingung ketika ia tidak menepati janjinya” Tomoko teringat kata-kata yang ia baca dalam buku itu.

Tomoko tersenyum mengerikan. Sepertinya ia telah membuat kesimpulan. Ia berbalik ke arah kelasnya sambil bergumam,

” ternyata selama ini aku berteman dengan seorang penkhianat…”

Di Festival Olahraga, Tomoko tidak terlihat bersemangat. Padahal acara ini adalah kesukaannya sejak kelas 1. banyak teman-teman baik kelas 1, 2 dan 3 menyiapkan peralatan-peralatan olahraga yang cukup berat memang. Tomoko ingin menolong teman-temannya. Sambil berusaha melupakan apa yang telah terjadi.

Tapi teman-temannya melarangnya. Karena hari ini muka Tomoko terlihat sangat pucat. Ia disuruh teman-temannya untuk tidur di ruang kesehatan. Tetapi Tomoko menolak. Semakin ia tidak melakukan apa-apa, hatinya akan semakin sakit.

Di sela-sela keramaian Festival, pandangannya bertemu dengan seseorang. Ia, Sunako! Matanya bertemu dengan mata Sunako. Mereka berdua terdiam sebentar. Sunako langsung beranjak pergi setelah itu Melihatnya Tomoko semakin sakit, ia memalingkan wajah. Ia tak ingin melihat wajah Sunako lagi.

PRANGG!

” hey awas yang dibawah! Akuarium di lantai 3 jatuh!” teriakan seseorang menggemparkan seisi sekolah. Tomoko berpaling. Ia melihat sebuah akuarium berukuran kurang lebih setengah meter meluncur ke bawah. Ia mengalihkan pandangannya ke arah bawah. Disana! Tepat disana! Seorang gadis yang kelihatan sedang menunggu seseorang, membawa tas berisi minuman. Sunako??!!!

” hey awas minggir! Kau akan terkena akuarium! ” teriak seseorang pada Sunako. Sunako mendongak keatas, dan melihat sebuah akuarium yang cukup besar datang kepadanya.

”:KYAAAAAAAA!!!” Teriak Sunako. Badannya gemetar. Sepertinya pada saat begini, ia tak tahu harus bagaimana. Karena seluruh tubuhnya gemetar. Sunako melepas tas yang dipegangnya dan memegangi kepalanya.

” seorang sahabat adalah seseorang yang selalu melindungi sahabatnya, dimanapun ia berada” seolah-olah, kata-kata itu berputar-putar di otaknya. Mendorongnya untuk menyelamatkan Sunako.

” AWAASSS!!” bagaikan sebuah film, Tomoko mendorong Sunako hingga Sunako terseret 3 meter ke depan, selamat dari akuarium itu. Justru yang tidak selamat adalah Tomoko. Ia terlambat menyelamatkan diri. Akuarium itu, di mata Tomoko, seperti malaikat pencabut nyawa yang sebentar lagi akan mencabut nyawanya. Semakin dekat dan dekat. Dan akhirnya…

” TOMOKOOOOO….!!!!”

” PRANNGGG…!!!”

Terlambat. Semuanya sudah usai.

Pikirku pelan.

Ia belum mati. Semuanya belum usai. Ia masih hidup. Aku tahu itu. Yang terlambat hanyalah Sunako. Ketika Tomoko membuka matanya, ia akan membuka lembaran baru. Yang disitu, tak ada lagi seseorang bernama sahabat, sahabat yang telah menyakiti hatinya.

“ PLAKK!” Sunako menampar pipi Takesshi keras.

” terus saja tampar! Aku memang sudah tak peduli lagi denganmu!” teriak Takesshi meremehkan. Sunako semakin marah. Api kemarahannya sudah bergejolak dalam hatinya.

” kenapa kamu lakukan itu semua!! Sampai kau melempar akuarium itu dari lantai tiga??!! Kau mau membunuhku ya?! Dan sekarang, kau hampir membunuh Tomoko! Manusia macam apa kamu! ” Teriak Sunako marah.

” karena lagi-lagi rencanaku berhasil! Aku bukannya ingin membunuhmu, aku hanya ingin seseorang yang mati adalah temanmu itu! Hahahahahaha,,,” tawa Takesshi mengerikan.

” dari kapan? Dari kapan kau telah menyakiti Tomoko?! Sejak kapan?!”

” sejak kita naik kelas 3, dan aku memakai semua namamu, ketika aku mengerjainya..”

” APAAA?!!”

>>>>>>>>>

Putih. Yang terlihat hanya putih. Dimana ini? Mengapa tanganku terasa hangat? Apakah ini surga? Atau di dunia lain? Pikir Tomoko.

” Tomoko? ”

Siapa? Suara siapa? Apakah suara malaikat? Suara dari mana?

Tomoko mencoba membuka mata pelan-pelan. Ia terbaring tak sadarkan diri selama 1 bulan. Dengan badan berbalut perban karena luka-luka pecahan kaca. Ia terbangun. Benar-benar terbangun.

” Tomoko? Kau sudah sadar? ” tanya seseorang. Ternyata dia, dia yang memanggilku. Seorang gadis manis berurai air mata. Memegang tangan Tomoko erat.

” maaf..” ucap Tomoko pelan.

” kau siapa? Apakah aku mengenalmu? ” lanjutnya.

Sunako tertegun. Dalam sekejap, hatinya remuk redam.

Keterangan :

Issho ni ganbaro yo : ayo kita berjuang bersama-sama

Un, Arigato : ya, terimakasih ya

Otsukaresamadeshita, Arigato : maaf selama ini telah merepotkan terimakasih

Itadaima : Aku Pulang

Nobunaga, Hideyoshi : tokoh tokoh sejarah jepang

Izu, Osaka, Shibuya, Harajuku, Narita : tempat-tempat wisata

the end.

gimana gimana? udah baca udah baca? pendapatnya?

haha. ini cerpen pas jamannya zu kelas delapan. bahasanya masih gak keruan ya? apa masih sama kayak sekarang?

http://emo.huhiho.com

sebenernya cuma iseng buka buka folder bejibun, dan nemu banyak banget cerpen2 waktu zaman dulu kala. haha. bagus tidak? aura critanya masih ga menentu ya? emang waktu nulisnya lagi gak keruan juga. haha.

http://emo.huhiho.com

nah. cuma selingan aja kok, soalnya blog shout! ini cuma buat share cerpen2 aja.. juga crita” ato lirik lirik gaje.. kalo selain itu.. zu punya lagi.. yang eternaldaydreaming.wordpress.com.. disitu ada kehidupan asli zu.. hehe.

http://emo.huhiho.com

kapan kapan berkunjung kesitu ya?

http://emo.huhiho.com

nanti suzu kasih banyak updet ttg cerpen2 suzu, baik SPRING, juga cerpen2 lain.

http://emo.huhiho.com

oia, ada PENGUMUMAN!

http://emo.huhiho.com

masih ingat cerpen judulnya TEMAN?

http://emo.huhiho.com

sebentar lagi, suzu akan apdet CHAP 2 dari cerpen berjdul TEMAN?

hehe.

http://emo.huhiho.com

silakan di nikmati ya. *sok”an di cafe* hehe.

http://emo.huhiho.com

otanoshimi ni~

http://emo.huhiho.com

Spring CHAP 7 ~This Is Hurt~

” Ng? ” Nana terbangun dari tidurnya yang kurang lelap, mengusap matanya yang masih sedikit tertutup. Suara itu.. gumamnya sedikit terkantuk. Ia langsung melompat dari tempat tidur dan berlari ke arah jendela. Ia membuka jendela geser itu dan melompat kaget.

” Ka, Kazuma-kun? ” ujarnya terkejut.

Ohayo Gozaimashita, Nana-san! ” lambai Hoshi dari lantai bawah.

” Ang.. O, Ohayo..” Nana melambai sedikit, masih sedikit terkejut.

Dousuru, Nana-san? ada yang aneh denganku? ” Hoshi mengalihkan pandangannya ke penampilannya.

” Ah, tidak, hanya saja aku heran mengapa kau datang pagi pagi sekali..” ujar Nana sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

” tidak apa, aku hanya sedang senang, aku ingin mengajakmu berangkat bersama..” ujar Hoshi sembari tersenyum lebar.

” Ka, kalau begitu, tunggu sebentar, aku akan siap dalam lima menit! ” teriak Nana dan langsung berlari masuk. Sebentar kemudian, ada banyak suara gaduh dari dalam sana. Hoshi hanya menggeleng-gelengkan kepala.

” Aku siap! ” Nana mendorong pintu rumahnya keluar. Hoshi hanya tertawa. Mereka berjalan berdampingan dibawah pepohonan Sakura yang berderet di bahu jalan. Nana menatap wajah Hoshi, mendongak. Hoshi yang menyadarinya balas memandangnya. Nana memandang Hoshi aneh, Hoshi hanya mengangkat alisnya sembari tersenyum.

” Kazuma-kun, ada apa denganmu ? ” ganti Nana yang mengangkat alisnya.

” Eh? Aku? ” Hoshi menunjuk dirinya sendiri. Nana mengangguk.

” Nana-san, kau selalu tahu apa yang aku rasakan, aku senang sekali..” Hoshi mengelus kepala Nana pelan. Yang membuat Nana sedikit memanas pagi-pagi begini.

” Aku..” Hoshi menggantungkan kalimatnya. Ia tersenyum lebar. Rona dipipinya terlihat cerah. Nana semakin heran.

” Aku kembali bertemu dengan Hoshiko.. ” ujarnya sembari tertawa lebar. Nana terdiam. Hoshi yang sepertinya tidak melihat Nana yang tiba-tiba terdiam, Ia terus bercerita.

” Kau tahu, dia manis sekali setelah lama tidak bertemu! Ia ramah dan selalu menurut padaku.. Manis sekali, sepertinya aku memang sangat rindu padanya..” jelas Hoshi sembari tertawa. Nana mendongak, menatap Hoshi yang masih tersenyum lebar.

” Kazuma-kun, mengapa kau..” omongan Nana terputus.

” Hoi! Hoshi! Kocchi ne! ” teriak Yozukawa, teman Hoshi dari kejauhan.

” Ah, Nana-san, Gomen, aku pergi dulu, Ja! ” pamit Hoshi tanpa memandang wajah Nana. Nana mendongak sedikit, menatap sosok Hoshi yang berlari menjauh.

Entah kenapa, hatinya terasa sakit.

=-=

” Nana-san! kita bertemu lagi! ” ujar Hoshi sembari tertawa aneh. Nana terheran-heran.

” kita memang selalu bertemu lagi kan? ” ujar Nana terkesan dingin.

” M-Hmm, entah kenapa aku senang ketika melihatmu..” ujar Hoshi sembari tersenyum kembali. Sepertinya suasana hatinya sekarang sangat bagus.

” Syukurlah kalau begitu..” ujar Nana sembari mengeluarkan buku. Hoshi agak heran melihat Nana yang begitu dingin padanya. Hoshi mencuri pandang ke arah Nana, mendongak.

” Nana-san, sekarang aku tidak suka melihatmu begitu..” Hoshi bersedekap. Nana melirik Hoshi heran.

” Memangnya apa yang membuatku merasa tidak enak dilihat? Bukankah tadi barusan kau bilang kau senang melihatku? ” ujar Nana acuh. Pertemanannya bersama Sakura yang cuek sepertinya memberi manfaat padanya pada saat seperti ini.

” Ini, disini.. ” Hoshi menjulurkan tangannya ke arah pipi Nana. Lalu menariknya ke atas dengan kedua telunjuknya.

” Ang?”

” Kau tidak tersenyum, itu yang membuatku merasa tak enak melihatmu..” ujar Hoshi melirik Nana sinis. Nana terkejut.

” Kalau kau tidak mau tersenyum, aku tidak akan mau melihatmu! ” Hoshi berpura-pura ngambek di hadapan Nana, manis sekali. Nana hanya tertawa pasrah.

” Baiklah, Baiklah, Hora! Aku tersenyum.. ” tunjuk Nana pada Hoshi. Hoshi tersenyum puas.

” Bagus sekali! aku senang melihatmu tersenyum! ” ujar Hoshi jujur. Nana agak merona malu.

” Nanti ada latihan dorama terakhir bukan? ” tanya Hoshi ringan. Nana mengangkat alis.

” Kau ringan sekali bicara! besok kita sudah akan tampil,  Kazuma-kun! jangan tertidur pagi – pagi begini..” Nana gemas pada Hoshi yang terlihat santai menggunting-gunting hiasan untuk “Obake no Heya” kelas nya, yang di adakan di festival besok.

” Lalu, apa yang akan kau lakukan, Nana-san? Ingin memutar balik waktu? bukankah semua nya sudah berlalu, sekarang sebaiknya kita bersiap saja menjadi ‘ Witch ‘ dan ‘Princess‘ besok..” ujar Hoshi setengah bercanda. Nana menggerutu pelan, namun ia tak bisa menahan untuk tidak tertawa.

” menurutmu, apa cerita dorama itu bagus? ” tanya Nana.

” Mmm.. ” Hoshi menggantungkan kalimatnya, berpikir.

” Mm-Hmm, bagus sekali, alur cerita nya dibuat dramatis, Yume yang sangat terlihat tersakiti dan Arashi yang kehilangan arah dalam hidup sangat menyentuh.. ” Hoshi memejamkan mata, membayangkan perasaan Arashi dan Yume. Nana kembali tertegun.

” Tersakiti? ” gumam Nana pelan.

” Un. Kau merasakannya? ” tanpa membuka matanya, Hoshi bertanya.

” Mm..” Nana mengangguk ragu. Hoshi tersenyum. bel istirahat sudah berbunyi. Ia bangkit dan menarik tangan Nana, berlari pergi.

” Nana-san, ayo ke kantin, aku sudah lapar..” ajak Hoshi riang, Nana hanya mengangguk.

Merasa tersakiti?

==-==

“ huh, lagi-lagi kan? “ gerutu Hoshi pelan. Nana yang sedaritadi hanya melamun di hadapan Hoshi tertegun.

Doushitatta? “ Tanya Nana heran. Hoshi memandangnya tajam sembari mengocok-kocok kotak susunya yang hampir habis.

“ Doushite? Seharusnya aku yang bertanya begitu, Nana-san! “ omelnya.

“ Eh? Go,Gomen..” ujar Nana agak salah tingkah. Ia menunduk.

“ Ada apa? Sepertinya ada sesuatu yang mengganjalmu ya? Kalau ada, bicaralah padaku, Nana-san..”  ujar Hoshi sembari menyentuh lembut tangan Nana. Nana tersipu.

Ne, Daijobu, tidak ada yang harus kau khawatirkan, Kazuma-kun..” ujar Nana memaksa untuk tersenyum. Hoshi mengerutkan alis.

“ Tak apa, aku tak apa-apa, sungguh.. “ ujar Nana meyakinkan. Walaupun wajahnya sama sekali tidak mendukung omongannya.

“ Sungguh ? “ Hoshi mendekatkan wajahnya ke wajah Nana, meminta kejelasan. Nana memalingkan wajah membelakangi Hoshi.

“ Sungguh! “ ujar nya sembari menunduk. Hoshi kembali terheran, sekaligus cemas.

Jangan bersedih, onegai.. karena kau sudah menjadi suatu kepingan berharga, di hidupku..

“ Apa? “ Nana merasa mendengar sesuatu. Hoshi salah tingkah.

Ne, Daijobu ka na.. kau salah dengar mungkin.. ngomong – ngomong, awan yang disana bagus sekali, Hora, Hora~!” ujar Hoshi sembari menunjuk ke arah sebuah gumpalan awan. Nana mengalihkan pandangan kearah yang ditunjuk.

Sebuah gumpalan awan yang mirip dengan bentuk hati yang terpecah – pecah. Nana tertunduk. Semangat hidupnya melesak ke dasar bumi.

“ haaah. Mirip sekali.. “ ujar Nana sembari tertawa hambar.

“ Eh? mirip dengan apa? “ Hoshi mengalihkan pandangannya. Nana menggeleng, menarik napas dan berusaha tersenyum.

“ Ayo pergi.. “ ujar Nana sembari menarik ujung kemeja Hoshi. Hoshi menurut.

Ne, Nana-san.. “ panggil Hoshi dari belakang karena Nana sudah berjalan mendahuluinya.

Nani ?

Ashita. Fesutorivaru ni, issho.. ni iku ? “ ajak Hoshi terbata. Nana menatap Hoshi dengan ragu, hanya sebentar. Kemudian mengangguk pelan. Hoshi hampir saja melonjak girang. Tetapi ia tahan. Lalu ia meraih kedua tangan Nana dan mengenggamnya.

“ Yakusoku darou? “ ujar Hoshi meyakinkan, sembari tersenyum senang.

Nana hanya terdiam. Mengangguk kecil.

==____==

“ Aku benar – benar sudah bosan mengingatkanmu, Nana-san! “ Hoshi kembali menggerutu melihat Nana yang tetap suram. Mereka sedang berjalan diantara pepohonan sakura, di jalan setapak yang menghubungkan semua divisi sekolah di Tomodaijou Gakuen.

“ kalau begitu tak usah mengingatkan.. “ ujar Nana ringan.

“ Arggh! Kau membuat kepala ku serasa meledak tahu! “ omel Hoshi berapi-api.

Doushita ? ada yang bermasalah denganku ? aku tidak apa-apa..“ ujar Nana lagi sembari menunduk. Bahkan ia sama sekali tidak memandang Hoshi.

“ Hmm.. wajahmu yang sudah tertekuk seribu ini kau bilang tak apa-apa? Kau tidak bercermin hari ini ya? Sudah kubilang, aku kurang suka melihatnya, waratte! “ pinta Hoshi sembari mengomel. Akhirnya Nana menatap mata Hoshi, tajam.

Warau no ni.. dekiru ka? “ Hoshi bertanya, kali ini, lebih lembut.

Nana terus memandang Hoshi tanpa berkedip. Hoshi agak salah tingkah.

“ Na, Nana-san? Doushita mo? Kowakunai datta? “ Hoshi kembali bertanya. Nana tetap memandangnya, tak menjawab. Hoshi semakin bingung.

“ Hei, Nana-san, aku akan pergi kalau kau tak menjawab.. ayo jawab.. kau seperti kerasukan sesuatu.. kau kerasukan sada..Eh!! Naze?! Nakunaide! Kenapa tiba-tiba?!” teriak Hoshi panik, Nana yang tiba-tiba terisak membuatnya bingung.

“ Nana-san, Nakunaide! Doushitatta ne? ! kau mau permen? Coklat? Es Krim? “ tawar Hoshi panik. Nana tertawa di sela-sela tangisnya yang cukup deras.

“ ti, tidak, tak apa.. aku hanya, hanya.. “ Nana menutup mulutnya dengan sebelah tangan. Hoshi merogoh saku, mencari sapu tangan, sayangnya, seperti kebiasaannya, ia tak pernah lupa tak bawa sapu tangan. Ia menepuk dahinya, panik.

“ tidak usah repot – repot, aku bawa.. “ kata – kata Nana terputus dengan sebuah suara dari kejauhan.

“ Hocchan!!!~~!! “ seorang gadis manis berkucir dua melambaikan tangannya ke arah Hoshi dan menghambur kepelukannya. Otomatis, Hoshi terhuyung dan hampir saja terjatuh.

“ Hocchan! Kau tahu aku sangat merindukan mu! Kau kemana saja beberapa hari ini? aku sangat cemas, kau tahu! ternyata kau malah bersenang – senang bersama perempuan lain! Kau jahat! “ omel gadis itu sembari memeluk leher Hoshi. Hoshi dibuatnya kerepotan.

ne? siapa perempuan ini Hocchan?! Beraninya ia merebut dirimu dari ku ?! “ O,ow. Sepertinya gadis yang tak jelas asal – usulnya ini marah. Ia menelusuri sekujur tubuh Nana dengan telunjuknya, seakan menghina.

Nana yang sedari tadi masih terpaku, memegang sapu tangannya dengan erat, hingga agak gemetar. Tidak ada yang tahu apa yang sedang ia pikirkan. Ia hanya terdiam menatap kedua orang itu, sorot matanya tidak bisa tertebak, apa yang akan ia lakukan.

“ Hocchan, karna kau sudah meninggalkan ku, kau harus mengganti balasannya tahu! kau harus bersamaku di festival sekolah mu besok! Seharian penuh! Harus! “ ujar gadis itu manja sembari memeluk lengan Hoshi. Lalu ia memandang Nana dengan tatapan tajam.

“ siapa kau? Berani – beraninya kau berakrab-akrab dengan santai terhadap Hocchan-ku? Hocchan hanya milikku, kau tahu! pergi dari sisi Hocchan sekarang juga! Aku ini kekasih Hocchan, jangan sampai kau berani mengambilnya dari ku! Dasar cewek egois! Tidak tahu diri! “ ujar gadis itu menyakitkan. Nana tertegun. Matanya berkaca – kaca.

Kekasih?

Hoshi yang dari tadi terlihat tak berkutik menatap gadis itu tajam. Gadis itu terus saja bergelayut manja di lehernya. Ia menatap cemas ke arah Nana yang terus tertunduk mengenggam sapu tangannya erat. Gawat sekali, ia berada dalam sebuah dilema.

Aku senang melihatmu tersenyum..

Warau no ni.. dekiru ka?

Nakunaide..

Na~na-san!

Yakusoku darou?

Fesutorivaru ni, issho ni iku ?

Moshiwake arimasen, ojou –san. Wakaranai kara. Watashi wa zutto, kitto Kazuma-san ni soba ni iranai tte. Ojamashimasu.” Nana berbalik pergi. Hoshi semakin panik. Jantungnya berdegup sangat kencang.

“ Matte!! “ teriaknya setelah sepersekian lama terdiam dengan wajah pucat.

Nana terhentak. Ia menghentikan langkahnya. Ia menarik napas dalam – dalam. Mencoba menelan semua kesakitan yang ada pada dirinya.

Ia berbalik dan melambai pelan.

Sayonara, Nice to know you here, Hoshi.. “ ujar nya sembari tersenyum. senyum yang membuat siapa saja orang yang melihatnya ingin menangis. Lalu ia berbalik. Kembali menarik napas lebih dalam lagi. Lalu berlari pergi menjauhi kedua orang itu. Hoshi berusaha meraih Nana dengan tangannya. Sembari berteriak “Tunggu!”.

Namun apa daya, Nana sudah pergi, tangannya hanya meraih udara kosong. Setidaknya ia telah mengucapkan selamat tinggal.

Untuk pertama kalinya, ia memanggilku Hoshi, Naze kore wa!? dera nya putus asa. Ia menunduk kecewa, sangat kecewa. Gadis itu mendongak ke arah Hoshi. Hoshi ikut menatapnya. Perasaan benci, marah, sedih, kecewa, tergambar jelas di bola matanya yang kecoklatan. Hoshi melepas tangan gadis itu, yang lebih muda tiga tahun dari nya, lalu menariknya pulang.

Hoshi menghempaskan gadis itu di jok sebuah mobil mewah yang terparkir di suatu sudut lapangan parkir Tomodaijou Gakuen pelan. Gadis yang daritadi, setelah Nana pergi hanya diam sembari menggumam – gumamkan namanya, terduduk. Wajahnya pucat, perasaan bersalah menyelimuti dirinya.

Go, gomen.. “ ujar gadis itu pelan. isakan nya mulai terdengar.

“ aku sama sekali tidak bermaksud untuk mengusir nya, aku hanya, hanya.. “ ujar nya terbata. Hoshi tersenyum sedih. Kekecewaan nya masih belum bisa ia hilangkan.

Daijoubu, Ojou-sama no sei wa nakatta yo.. “ hibur Hoshi.

“ PANGGIL AKU MIRA!! “ teriak nya keras. Hoshi tertegun. Wajah Mira terlihat sangat marah.

“ aku ini adik mu, Hocchan! Tidak sepantasnya seorang kakak memanggil adiknya dengan sebutan Nona, kau tahu?!! “ teriaknya dengan nada yang lebih tinggi.

“ Lagipula, ini semua benar-benar salahku, aku hanya adik yang egois.. aku hanya ingin dekat dengan Hocchan yang selalu pendiam, kesepian, aku selalu berada di dalam pelukan Haha-chan dan Chichi-chan sedari dulu, padahal tak seharusnya aku berada di tengah – tengah kalian karena aku hanya lah seorang anak angkat! Tapi mengapa? Mengapa yang terusir malah Hocchan? Aku tidak rela.. aku sangat menyayangi Hocchan..aku tidak ingin kehilangan Hocchan.. “ isaknya. Hoshi tersenyum. ia mengelus kepala Mira lembut.

“ Ssssh, Nakunaide yo, aku tahu kok, ini semua bukan salahmu, jangan menangis ya? “ Hibur Hoshi lembut. Mira menatap Hoshi, meminta kejelasan.

ano josei wa, dare no? “ Tanya nya pelan. Hoshi mendesah.

taisetsu na, dia seseorang, yang berharga, yang paling kusayangi lebih dari apapun di dunia ini.. “ ujar Hoshi sembari menatap langit sore dengan sendu.

taisetsu na? seberapa penting nya ia dihidup mu, Hocchan? “

“ dia lebih penting dari apapun yang ada di dunia ini, ya, ia adalah yang paling berharga.. “

Go, gomen nasai.. “ ujar Mira, kembali merasa bersalah. Hoshi menggeleng sembari tersenyum.

“ sudah kubilang jangan lagi meminta maaf.. “

“ tapi.. “

“ karena ia adalah sesuatu yang sangat penting itu lah, apabila ia berlari pergi dan menghilang, aku akan mencari cinta nya kembali hingga ke ujung dunia pun.. “ ujar Hoshi sembari mengedipkan sebelah matanya, lalu berlari pergi.

“ Ja, ne, aku pergi dulu.. “ pamit Hoshi. Mira mengangguk.

“ jadi, aku sudah kalah ya ? “ ujar Mira kecewa.

Belum jauh ia pergi, Hoshi berbalik, dan melambai,

Ne, anata mo suki datta n’da yo, Mii-chan! “ teriak Hoshi sembari tersenyum, lalu berlari pergi.

Dan Mira sudah tak lagi berkutik.

Writer’s Notes :

Ta~da~ inilah tokoh pertama kita dari reader, Arumira-chan! Gomennasai!! Mira-chan disini terlihat agak antagonis or some bad think lain. Tapi entar dia banyak muncul dan ada kisah cintanya sendiri, haha. Dan yang pasti, jangan marah ya mii-chan~~ untuk seira-chan, tunggu ya~ untuk pembaca lain, doushitatta? Gimana perasaannya?

=______________=

Doushite, kimi wo, suki ni, shimattan’darou? “ gumam Nana dengan tatapan mata kosong ke arah jalanan. Ia pulang terlebih dahulu dan memilih tidak ikut latihan terakhir. Ia lelah. Batinnya sudah sangat lelah. Entah apa yang harus ia lakukan sekarang, ia juga tidak tahu. Yang ia pikirkan saat ini hanya dorama yang akan ia tampilkan besok,

Aku tak ingin bertemu dengannya lagi.. batin Nana kalut.

Mengapa? Mengapa ia begitu baik padaku ?

Mengapa ? Mengapa aku selalu tersenyum ketika berada di sampingnya?

Mengapa ? mengapa aku selalu memikirkannya?

Mengapa ? mengapa aku jatuh cinta kepadanya ?!

Doushite, kimi wo suki ni shimatta n’darou ? “ gumam nya puluhan kali, menyusuri pinggiran trotoar dengan hampa. Dengan mata yang basah.

===____===

Hoshi terus memandang pintu masuk auditorium besar Tomodaijou Gakuen ini. ia menunggu kedatangan Nana yang belum muncul hingga akhir latihan. Ketika ditanya, Hoshi hanya menjawab “tidak tahu” yang membuat para kru semakin cemas. Apalagi Kanazawa-sensei. Padahal ini latihan terakhir, mengapa ia tidak datang ?

Hoshi dilanda kebingungan tentang apa yang harus ia lakukan agar Nana kembali padanya. Ia sudah menggaruk – garuk kepalanya yang tidak gatal puluhan kali, dan mendesah berulang kali seperti kakek-kakek yang punya banyak hutang.

Perasaan apa ini?

mengapa aku begitu mengkhawatirkannya?

Ouh Kami-sama, apa yang harus aku lakukan agar ia kembali padaku?

berikan aku sedikit keberanian!

=ToBeContinued=

Nyaaa~~ reader-sama~~ moshi wake arimasen deshita sudah sangat -sangat menunggu lama. maklumi saya yang juga manusia ini.. manusia ga jelas yang sibuk ini.. T^T

maaf atas terlambatnya ya.. chap ini jadi agak panjang karna suzu lagi semangat lanjutin. tunggu lah dorama berikutnya.. hohohohoh..

oia, jangan lupa kunjungi blog suzu yang lain..

eternaldaydreaming.wordpress.com.

hehe. promosi.

maaf sekali lagi. mumpung suzu lagi libur, jadi akan suzu lanjut terus`~ ohohoho

http://emo.huhiho.com

tunggu saja the princess and the witch’s broken barrier.. reader-sama..

okay, it’s finish here. hehe

mata au.

with rotta, rotta ra. *lotta love*

http://emo.huhiho.com

suzuchan klein.

http://emo.huhiho.com

then, when you got a chance to fly, but you don’t have a wings, it’s useless.