Posts Tagged ‘ love story ’

Spring CHAP 7 ~This Is Hurt~

” Ng? ” Nana terbangun dari tidurnya yang kurang lelap, mengusap matanya yang masih sedikit tertutup. Suara itu.. gumamnya sedikit terkantuk. Ia langsung melompat dari tempat tidur dan berlari ke arah jendela. Ia membuka jendela geser itu dan melompat kaget.

” Ka, Kazuma-kun? ” ujarnya terkejut.

Ohayo Gozaimashita, Nana-san! ” lambai Hoshi dari lantai bawah.

” Ang.. O, Ohayo..” Nana melambai sedikit, masih sedikit terkejut.

Dousuru, Nana-san? ada yang aneh denganku? ” Hoshi mengalihkan pandangannya ke penampilannya.

” Ah, tidak, hanya saja aku heran mengapa kau datang pagi pagi sekali..” ujar Nana sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

” tidak apa, aku hanya sedang senang, aku ingin mengajakmu berangkat bersama..” ujar Hoshi sembari tersenyum lebar.

” Ka, kalau begitu, tunggu sebentar, aku akan siap dalam lima menit! ” teriak Nana dan langsung berlari masuk. Sebentar kemudian, ada banyak suara gaduh dari dalam sana. Hoshi hanya menggeleng-gelengkan kepala.

” Aku siap! ” Nana mendorong pintu rumahnya keluar. Hoshi hanya tertawa. Mereka berjalan berdampingan dibawah pepohonan Sakura yang berderet di bahu jalan. Nana menatap wajah Hoshi, mendongak. Hoshi yang menyadarinya balas memandangnya. Nana memandang Hoshi aneh, Hoshi hanya mengangkat alisnya sembari tersenyum.

” Kazuma-kun, ada apa denganmu ? ” ganti Nana yang mengangkat alisnya.

” Eh? Aku? ” Hoshi menunjuk dirinya sendiri. Nana mengangguk.

” Nana-san, kau selalu tahu apa yang aku rasakan, aku senang sekali..” Hoshi mengelus kepala Nana pelan. Yang membuat Nana sedikit memanas pagi-pagi begini.

” Aku..” Hoshi menggantungkan kalimatnya. Ia tersenyum lebar. Rona dipipinya terlihat cerah. Nana semakin heran.

” Aku kembali bertemu dengan Hoshiko.. ” ujarnya sembari tertawa lebar. Nana terdiam. Hoshi yang sepertinya tidak melihat Nana yang tiba-tiba terdiam, Ia terus bercerita.

” Kau tahu, dia manis sekali setelah lama tidak bertemu! Ia ramah dan selalu menurut padaku.. Manis sekali, sepertinya aku memang sangat rindu padanya..” jelas Hoshi sembari tertawa. Nana mendongak, menatap Hoshi yang masih tersenyum lebar.

” Kazuma-kun, mengapa kau..” omongan Nana terputus.

” Hoi! Hoshi! Kocchi ne! ” teriak Yozukawa, teman Hoshi dari kejauhan.

” Ah, Nana-san, Gomen, aku pergi dulu, Ja! ” pamit Hoshi tanpa memandang wajah Nana. Nana mendongak sedikit, menatap sosok Hoshi yang berlari menjauh.

Entah kenapa, hatinya terasa sakit.

=-=

” Nana-san! kita bertemu lagi! ” ujar Hoshi sembari tertawa aneh. Nana terheran-heran.

” kita memang selalu bertemu lagi kan? ” ujar Nana terkesan dingin.

” M-Hmm, entah kenapa aku senang ketika melihatmu..” ujar Hoshi sembari tersenyum kembali. Sepertinya suasana hatinya sekarang sangat bagus.

” Syukurlah kalau begitu..” ujar Nana sembari mengeluarkan buku. Hoshi agak heran melihat Nana yang begitu dingin padanya. Hoshi mencuri pandang ke arah Nana, mendongak.

” Nana-san, sekarang aku tidak suka melihatmu begitu..” Hoshi bersedekap. Nana melirik Hoshi heran.

” Memangnya apa yang membuatku merasa tidak enak dilihat? Bukankah tadi barusan kau bilang kau senang melihatku? ” ujar Nana acuh. Pertemanannya bersama Sakura yang cuek sepertinya memberi manfaat padanya pada saat seperti ini.

” Ini, disini.. ” Hoshi menjulurkan tangannya ke arah pipi Nana. Lalu menariknya ke atas dengan kedua telunjuknya.

” Ang?”

” Kau tidak tersenyum, itu yang membuatku merasa tak enak melihatmu..” ujar Hoshi melirik Nana sinis. Nana terkejut.

” Kalau kau tidak mau tersenyum, aku tidak akan mau melihatmu! ” Hoshi berpura-pura ngambek di hadapan Nana, manis sekali. Nana hanya tertawa pasrah.

” Baiklah, Baiklah, Hora! Aku tersenyum.. ” tunjuk Nana pada Hoshi. Hoshi tersenyum puas.

” Bagus sekali! aku senang melihatmu tersenyum! ” ujar Hoshi jujur. Nana agak merona malu.

” Nanti ada latihan dorama terakhir bukan? ” tanya Hoshi ringan. Nana mengangkat alis.

” Kau ringan sekali bicara! besok kita sudah akan tampil,  Kazuma-kun! jangan tertidur pagi – pagi begini..” Nana gemas pada Hoshi yang terlihat santai menggunting-gunting hiasan untuk “Obake no Heya” kelas nya, yang di adakan di festival besok.

” Lalu, apa yang akan kau lakukan, Nana-san? Ingin memutar balik waktu? bukankah semua nya sudah berlalu, sekarang sebaiknya kita bersiap saja menjadi ‘ Witch ‘ dan ‘Princess‘ besok..” ujar Hoshi setengah bercanda. Nana menggerutu pelan, namun ia tak bisa menahan untuk tidak tertawa.

” menurutmu, apa cerita dorama itu bagus? ” tanya Nana.

” Mmm.. ” Hoshi menggantungkan kalimatnya, berpikir.

” Mm-Hmm, bagus sekali, alur cerita nya dibuat dramatis, Yume yang sangat terlihat tersakiti dan Arashi yang kehilangan arah dalam hidup sangat menyentuh.. ” Hoshi memejamkan mata, membayangkan perasaan Arashi dan Yume. Nana kembali tertegun.

” Tersakiti? ” gumam Nana pelan.

” Un. Kau merasakannya? ” tanpa membuka matanya, Hoshi bertanya.

” Mm..” Nana mengangguk ragu. Hoshi tersenyum. bel istirahat sudah berbunyi. Ia bangkit dan menarik tangan Nana, berlari pergi.

” Nana-san, ayo ke kantin, aku sudah lapar..” ajak Hoshi riang, Nana hanya mengangguk.

Merasa tersakiti?

==-==

“ huh, lagi-lagi kan? “ gerutu Hoshi pelan. Nana yang sedaritadi hanya melamun di hadapan Hoshi tertegun.

Doushitatta? “ Tanya Nana heran. Hoshi memandangnya tajam sembari mengocok-kocok kotak susunya yang hampir habis.

“ Doushite? Seharusnya aku yang bertanya begitu, Nana-san! “ omelnya.

“ Eh? Go,Gomen..” ujar Nana agak salah tingkah. Ia menunduk.

“ Ada apa? Sepertinya ada sesuatu yang mengganjalmu ya? Kalau ada, bicaralah padaku, Nana-san..”  ujar Hoshi sembari menyentuh lembut tangan Nana. Nana tersipu.

Ne, Daijobu, tidak ada yang harus kau khawatirkan, Kazuma-kun..” ujar Nana memaksa untuk tersenyum. Hoshi mengerutkan alis.

“ Tak apa, aku tak apa-apa, sungguh.. “ ujar Nana meyakinkan. Walaupun wajahnya sama sekali tidak mendukung omongannya.

“ Sungguh ? “ Hoshi mendekatkan wajahnya ke wajah Nana, meminta kejelasan. Nana memalingkan wajah membelakangi Hoshi.

“ Sungguh! “ ujar nya sembari menunduk. Hoshi kembali terheran, sekaligus cemas.

Jangan bersedih, onegai.. karena kau sudah menjadi suatu kepingan berharga, di hidupku..

“ Apa? “ Nana merasa mendengar sesuatu. Hoshi salah tingkah.

Ne, Daijobu ka na.. kau salah dengar mungkin.. ngomong – ngomong, awan yang disana bagus sekali, Hora, Hora~!” ujar Hoshi sembari menunjuk ke arah sebuah gumpalan awan. Nana mengalihkan pandangan kearah yang ditunjuk.

Sebuah gumpalan awan yang mirip dengan bentuk hati yang terpecah – pecah. Nana tertunduk. Semangat hidupnya melesak ke dasar bumi.

“ haaah. Mirip sekali.. “ ujar Nana sembari tertawa hambar.

“ Eh? mirip dengan apa? “ Hoshi mengalihkan pandangannya. Nana menggeleng, menarik napas dan berusaha tersenyum.

“ Ayo pergi.. “ ujar Nana sembari menarik ujung kemeja Hoshi. Hoshi menurut.

Ne, Nana-san.. “ panggil Hoshi dari belakang karena Nana sudah berjalan mendahuluinya.

Nani ?

Ashita. Fesutorivaru ni, issho.. ni iku ? “ ajak Hoshi terbata. Nana menatap Hoshi dengan ragu, hanya sebentar. Kemudian mengangguk pelan. Hoshi hampir saja melonjak girang. Tetapi ia tahan. Lalu ia meraih kedua tangan Nana dan mengenggamnya.

“ Yakusoku darou? “ ujar Hoshi meyakinkan, sembari tersenyum senang.

Nana hanya terdiam. Mengangguk kecil.

==____==

“ Aku benar – benar sudah bosan mengingatkanmu, Nana-san! “ Hoshi kembali menggerutu melihat Nana yang tetap suram. Mereka sedang berjalan diantara pepohonan sakura, di jalan setapak yang menghubungkan semua divisi sekolah di Tomodaijou Gakuen.

“ kalau begitu tak usah mengingatkan.. “ ujar Nana ringan.

“ Arggh! Kau membuat kepala ku serasa meledak tahu! “ omel Hoshi berapi-api.

Doushita ? ada yang bermasalah denganku ? aku tidak apa-apa..“ ujar Nana lagi sembari menunduk. Bahkan ia sama sekali tidak memandang Hoshi.

“ Hmm.. wajahmu yang sudah tertekuk seribu ini kau bilang tak apa-apa? Kau tidak bercermin hari ini ya? Sudah kubilang, aku kurang suka melihatnya, waratte! “ pinta Hoshi sembari mengomel. Akhirnya Nana menatap mata Hoshi, tajam.

Warau no ni.. dekiru ka? “ Hoshi bertanya, kali ini, lebih lembut.

Nana terus memandang Hoshi tanpa berkedip. Hoshi agak salah tingkah.

“ Na, Nana-san? Doushita mo? Kowakunai datta? “ Hoshi kembali bertanya. Nana tetap memandangnya, tak menjawab. Hoshi semakin bingung.

“ Hei, Nana-san, aku akan pergi kalau kau tak menjawab.. ayo jawab.. kau seperti kerasukan sesuatu.. kau kerasukan sada..Eh!! Naze?! Nakunaide! Kenapa tiba-tiba?!” teriak Hoshi panik, Nana yang tiba-tiba terisak membuatnya bingung.

“ Nana-san, Nakunaide! Doushitatta ne? ! kau mau permen? Coklat? Es Krim? “ tawar Hoshi panik. Nana tertawa di sela-sela tangisnya yang cukup deras.

“ ti, tidak, tak apa.. aku hanya, hanya.. “ Nana menutup mulutnya dengan sebelah tangan. Hoshi merogoh saku, mencari sapu tangan, sayangnya, seperti kebiasaannya, ia tak pernah lupa tak bawa sapu tangan. Ia menepuk dahinya, panik.

“ tidak usah repot – repot, aku bawa.. “ kata – kata Nana terputus dengan sebuah suara dari kejauhan.

“ Hocchan!!!~~!! “ seorang gadis manis berkucir dua melambaikan tangannya ke arah Hoshi dan menghambur kepelukannya. Otomatis, Hoshi terhuyung dan hampir saja terjatuh.

“ Hocchan! Kau tahu aku sangat merindukan mu! Kau kemana saja beberapa hari ini? aku sangat cemas, kau tahu! ternyata kau malah bersenang – senang bersama perempuan lain! Kau jahat! “ omel gadis itu sembari memeluk leher Hoshi. Hoshi dibuatnya kerepotan.

ne? siapa perempuan ini Hocchan?! Beraninya ia merebut dirimu dari ku ?! “ O,ow. Sepertinya gadis yang tak jelas asal – usulnya ini marah. Ia menelusuri sekujur tubuh Nana dengan telunjuknya, seakan menghina.

Nana yang sedari tadi masih terpaku, memegang sapu tangannya dengan erat, hingga agak gemetar. Tidak ada yang tahu apa yang sedang ia pikirkan. Ia hanya terdiam menatap kedua orang itu, sorot matanya tidak bisa tertebak, apa yang akan ia lakukan.

“ Hocchan, karna kau sudah meninggalkan ku, kau harus mengganti balasannya tahu! kau harus bersamaku di festival sekolah mu besok! Seharian penuh! Harus! “ ujar gadis itu manja sembari memeluk lengan Hoshi. Lalu ia memandang Nana dengan tatapan tajam.

“ siapa kau? Berani – beraninya kau berakrab-akrab dengan santai terhadap Hocchan-ku? Hocchan hanya milikku, kau tahu! pergi dari sisi Hocchan sekarang juga! Aku ini kekasih Hocchan, jangan sampai kau berani mengambilnya dari ku! Dasar cewek egois! Tidak tahu diri! “ ujar gadis itu menyakitkan. Nana tertegun. Matanya berkaca – kaca.

Kekasih?

Hoshi yang dari tadi terlihat tak berkutik menatap gadis itu tajam. Gadis itu terus saja bergelayut manja di lehernya. Ia menatap cemas ke arah Nana yang terus tertunduk mengenggam sapu tangannya erat. Gawat sekali, ia berada dalam sebuah dilema.

Aku senang melihatmu tersenyum..

Warau no ni.. dekiru ka?

Nakunaide..

Na~na-san!

Yakusoku darou?

Fesutorivaru ni, issho ni iku ?

Moshiwake arimasen, ojou –san. Wakaranai kara. Watashi wa zutto, kitto Kazuma-san ni soba ni iranai tte. Ojamashimasu.” Nana berbalik pergi. Hoshi semakin panik. Jantungnya berdegup sangat kencang.

“ Matte!! “ teriaknya setelah sepersekian lama terdiam dengan wajah pucat.

Nana terhentak. Ia menghentikan langkahnya. Ia menarik napas dalam – dalam. Mencoba menelan semua kesakitan yang ada pada dirinya.

Ia berbalik dan melambai pelan.

Sayonara, Nice to know you here, Hoshi.. “ ujar nya sembari tersenyum. senyum yang membuat siapa saja orang yang melihatnya ingin menangis. Lalu ia berbalik. Kembali menarik napas lebih dalam lagi. Lalu berlari pergi menjauhi kedua orang itu. Hoshi berusaha meraih Nana dengan tangannya. Sembari berteriak “Tunggu!”.

Namun apa daya, Nana sudah pergi, tangannya hanya meraih udara kosong. Setidaknya ia telah mengucapkan selamat tinggal.

Untuk pertama kalinya, ia memanggilku Hoshi, Naze kore wa!? dera nya putus asa. Ia menunduk kecewa, sangat kecewa. Gadis itu mendongak ke arah Hoshi. Hoshi ikut menatapnya. Perasaan benci, marah, sedih, kecewa, tergambar jelas di bola matanya yang kecoklatan. Hoshi melepas tangan gadis itu, yang lebih muda tiga tahun dari nya, lalu menariknya pulang.

Hoshi menghempaskan gadis itu di jok sebuah mobil mewah yang terparkir di suatu sudut lapangan parkir Tomodaijou Gakuen pelan. Gadis yang daritadi, setelah Nana pergi hanya diam sembari menggumam – gumamkan namanya, terduduk. Wajahnya pucat, perasaan bersalah menyelimuti dirinya.

Go, gomen.. “ ujar gadis itu pelan. isakan nya mulai terdengar.

“ aku sama sekali tidak bermaksud untuk mengusir nya, aku hanya, hanya.. “ ujar nya terbata. Hoshi tersenyum sedih. Kekecewaan nya masih belum bisa ia hilangkan.

Daijoubu, Ojou-sama no sei wa nakatta yo.. “ hibur Hoshi.

“ PANGGIL AKU MIRA!! “ teriak nya keras. Hoshi tertegun. Wajah Mira terlihat sangat marah.

“ aku ini adik mu, Hocchan! Tidak sepantasnya seorang kakak memanggil adiknya dengan sebutan Nona, kau tahu?!! “ teriaknya dengan nada yang lebih tinggi.

“ Lagipula, ini semua benar-benar salahku, aku hanya adik yang egois.. aku hanya ingin dekat dengan Hocchan yang selalu pendiam, kesepian, aku selalu berada di dalam pelukan Haha-chan dan Chichi-chan sedari dulu, padahal tak seharusnya aku berada di tengah – tengah kalian karena aku hanya lah seorang anak angkat! Tapi mengapa? Mengapa yang terusir malah Hocchan? Aku tidak rela.. aku sangat menyayangi Hocchan..aku tidak ingin kehilangan Hocchan.. “ isaknya. Hoshi tersenyum. ia mengelus kepala Mira lembut.

“ Ssssh, Nakunaide yo, aku tahu kok, ini semua bukan salahmu, jangan menangis ya? “ Hibur Hoshi lembut. Mira menatap Hoshi, meminta kejelasan.

ano josei wa, dare no? “ Tanya nya pelan. Hoshi mendesah.

taisetsu na, dia seseorang, yang berharga, yang paling kusayangi lebih dari apapun di dunia ini.. “ ujar Hoshi sembari menatap langit sore dengan sendu.

taisetsu na? seberapa penting nya ia dihidup mu, Hocchan? “

“ dia lebih penting dari apapun yang ada di dunia ini, ya, ia adalah yang paling berharga.. “

Go, gomen nasai.. “ ujar Mira, kembali merasa bersalah. Hoshi menggeleng sembari tersenyum.

“ sudah kubilang jangan lagi meminta maaf.. “

“ tapi.. “

“ karena ia adalah sesuatu yang sangat penting itu lah, apabila ia berlari pergi dan menghilang, aku akan mencari cinta nya kembali hingga ke ujung dunia pun.. “ ujar Hoshi sembari mengedipkan sebelah matanya, lalu berlari pergi.

“ Ja, ne, aku pergi dulu.. “ pamit Hoshi. Mira mengangguk.

“ jadi, aku sudah kalah ya ? “ ujar Mira kecewa.

Belum jauh ia pergi, Hoshi berbalik, dan melambai,

Ne, anata mo suki datta n’da yo, Mii-chan! “ teriak Hoshi sembari tersenyum, lalu berlari pergi.

Dan Mira sudah tak lagi berkutik.

Writer’s Notes :

Ta~da~ inilah tokoh pertama kita dari reader, Arumira-chan! Gomennasai!! Mira-chan disini terlihat agak antagonis or some bad think lain. Tapi entar dia banyak muncul dan ada kisah cintanya sendiri, haha. Dan yang pasti, jangan marah ya mii-chan~~ untuk seira-chan, tunggu ya~ untuk pembaca lain, doushitatta? Gimana perasaannya?

=______________=

Doushite, kimi wo, suki ni, shimattan’darou? “ gumam Nana dengan tatapan mata kosong ke arah jalanan. Ia pulang terlebih dahulu dan memilih tidak ikut latihan terakhir. Ia lelah. Batinnya sudah sangat lelah. Entah apa yang harus ia lakukan sekarang, ia juga tidak tahu. Yang ia pikirkan saat ini hanya dorama yang akan ia tampilkan besok,

Aku tak ingin bertemu dengannya lagi.. batin Nana kalut.

Mengapa? Mengapa ia begitu baik padaku ?

Mengapa ? Mengapa aku selalu tersenyum ketika berada di sampingnya?

Mengapa ? mengapa aku selalu memikirkannya?

Mengapa ? mengapa aku jatuh cinta kepadanya ?!

Doushite, kimi wo suki ni shimatta n’darou ? “ gumam nya puluhan kali, menyusuri pinggiran trotoar dengan hampa. Dengan mata yang basah.

===____===

Hoshi terus memandang pintu masuk auditorium besar Tomodaijou Gakuen ini. ia menunggu kedatangan Nana yang belum muncul hingga akhir latihan. Ketika ditanya, Hoshi hanya menjawab “tidak tahu” yang membuat para kru semakin cemas. Apalagi Kanazawa-sensei. Padahal ini latihan terakhir, mengapa ia tidak datang ?

Hoshi dilanda kebingungan tentang apa yang harus ia lakukan agar Nana kembali padanya. Ia sudah menggaruk – garuk kepalanya yang tidak gatal puluhan kali, dan mendesah berulang kali seperti kakek-kakek yang punya banyak hutang.

Perasaan apa ini?

mengapa aku begitu mengkhawatirkannya?

Ouh Kami-sama, apa yang harus aku lakukan agar ia kembali padaku?

berikan aku sedikit keberanian!

=ToBeContinued=

Nyaaa~~ reader-sama~~ moshi wake arimasen deshita sudah sangat -sangat menunggu lama. maklumi saya yang juga manusia ini.. manusia ga jelas yang sibuk ini.. T^T

maaf atas terlambatnya ya.. chap ini jadi agak panjang karna suzu lagi semangat lanjutin. tunggu lah dorama berikutnya.. hohohohoh..

oia, jangan lupa kunjungi blog suzu yang lain..

eternaldaydreaming.wordpress.com.

hehe. promosi.

maaf sekali lagi. mumpung suzu lagi libur, jadi akan suzu lanjut terus`~ ohohoho

http://emo.huhiho.com

tunggu saja the princess and the witch’s broken barrier.. reader-sama..

okay, it’s finish here. hehe

mata au.

with rotta, rotta ra. *lotta love*

http://emo.huhiho.com

suzuchan klein.

http://emo.huhiho.com

then, when you got a chance to fly, but you don’t have a wings, it’s useless.

Spring CHAP 6 ~Stars Hill~

” aku membenci mu! aku tak ingin melihatmu lagi! ” teriak Nana dengan nada rendah. Hoshi terhenyak.

” Ja, Jangan pergi.. kumohon.. ” pinta Hoshi memelas. Nana tetap tegar  pada pendiriannya.

” Tunggu! percayalah padaku! aku benar-benar..”

” tutup mulutmu! sudah tidak ada alasan lagi.. kau merusak kepercayaanku.. janjiku 10 tahun lalu, sudah pupus.. tak ada harapan lagi.. ” Nana berlari pergi. Tetapi tangan Hoshi menahannya.

” HATCHIII! ” semua orang di ruang teater kaget bukan main.

” STOP! STOP! ” teriak Kanazawa-sensei. Nana menghela napas. Hoshi melap keringatnya, capek.

gomennasai, aku agak flu hari ini.. ” ujar Nana sembari menunduk. Ia malu sekali. Padahal, latihan ini sudah berjalan hampir ke akhir cerita.

” Ya sudah kalau begitu, Mitsuki-san dan Kazuma -san istirahat dulu, yang lainnya tetap berlatih! ” perintah Kanazawa-sensei. Semua mendesah pelan, beranjak berdiri dan kembali membaca naskah.

Nana dan Hoshi beranjak ke sudut ruangan, beristirahat sejenak. Hoshi menatap Nana khawatir.

daijoubu, ne, Nana-san? ” tanya Hoshi penuh kekhawatiran. Nana menggeleng cepat.

” kau mau pulang sekarang? ” tanya Hoshi makin khawatir melihat wajahnya yang pucat.

” tidak apa-apa, aku baik-baik saja, ne.. ” ujar Nana sembari memegangi kepalanya yang pening.

” kau harus kuantar pulang, Nana-san, wajahmu pucat dan sepertinya kau demam..” ucapnya sembari meraba dahi Nana, yang mulai memanas wajahnya karna malu.

” tidak, aku bisa pulang sendiri kok.. terimakasih..” tolak Nana halus, sembari melangkah terhuyung. Lantai ruang teater yang terbuat dari kayu yang licin membuatnya terhentak jatuh ke belakang. Ia menutup mata dan pasrah, ia akan terjatuh dan membentur lantai kayu yang pastinya akan sakit.

BRUKKKK!

” Ng? ” Nana merasa heran, ia tidak merasa bahwa ia terjatuh?

Nana membuka matanya pelan-pelan. Di hadapannya, sosok wajah Hoshi tergambar jelas, kurang lebih 5 senti dihadapannya. Hoshi menangkapnya sesaat sebelum ia membentur lantai. Wajah Nana yang merah karna demam semakin merona. Membuat wajahnya terlihat layaknya seperti kepiting Okinawa.

” A,a,A.. Gomennasai!! Tottemo Gomennasai!!” Nana menunduk dalam, meminta maaf sembari menutupi mukanya yang memerah.

Da, Daijoubu ne, Nana-san.. ” Hoshi berusaha untuk bersikap biasa saja, walaupun didalam hati ia tidak keruan, karena ia juga refleks menangkap Nana, sesaat sebelum ia terjatuh. Entah apa jadinya apabila Nana tidak ditangkapnya, kan? Yakinnya pada diri sendiri. Hanya refleks.

” sepertinya kau benar-benar harus kuantar pulang, Nana-san, Ayo, kita pulang bersama.. ” ajak Hoshi agak canggung, karna Nana masih menutupi mukanya yang merah dengan tas.

Nana hanya mengangguk kecil dan menuruti ajakan Hoshi. Ia berjalan agak terhuyung menyusul Hoshi yang sudah berjalan duluan.

Setelah pamit pada Sensei, mereka pulang.

” Mengapa tiba-tiba kau demam, Nana-san? ” tanya Hoshi heran, saat mereka akan menyebrangi jalan raya yang ramai di kerumunan orang yang berlalu-lalang.

” Ah, tidak.. Aku hanya.. ” Nana mengantungkan kalimatnya.

” Hanya? ”

” Kemarin malam aku tidak tidur karena menonton anime yang kusukai, mungkin aku lupa menyalakan pemanas ruangan, hingga aku demam begini.. ” lanjut Nana malu. Menurut Nana, tingkahnya seperti anak kecil, memalukan.

” Wah, ternyata Nana-san suka anime juga, aku juga sering tidak tidur karena menonton anime atau Tokusatsu sampai pagi..” aku Hoshi sembari tertawa. Nana tertegun.

” Ah, Hontou ni? kau suka ani.. KYAA!” Nana yang langkahnya masih terhuyung terdorong kerumunan orang yang datang dari arah berlawanan.

BATS!

Tangan Hoshi langsung menangkap tangannya, lalu menarik Nana ke sisinya. Pipi Nana kembali memunculkan semburat merah muda. Hoshi yang diam-diam juga agak merona sedikit, langsung menutupinya.

Daijoubu ne? Nana-san? ” tanya Hoshi kembali khawatir.

” Tidak apa-apa, aku baik-baik saja.. Tottemo Arigato ne..” ucap Nana pelan. Nana yang sedari tadi sudah bertindak yang menurutnya memalukan, bertambah pusing memikirkan tingkahnya yang terlalu merepotkan Hoshi.

” Syukurlah. kau tahu sendiri kan, perempatan ini adalah salah satu sudut keramaian Tokyo saat rush hour? sebaiknya kau berhati-hati.. Apa kau sudah merasa pusing sekali? ” Tanya Hoshi khawatir.

” Ah, tidak apa-apa, aku hanya terdorong..” elak Nana pelan. Ia memang belum begitu pusing, Yakinnya dalam hati.

” Baiklah, agar kau tidak terdorong lagi..” Hoshi menghentikan kata-katanya. Lalu membuang muka karna malu. Namun ia menyodorkan sebelah tangannya pada Nana.

” Pegang tanganku, jangan dilepas..” Ujar Hoshi agak terbata.

Nana tertegun. Mukanya kembali merona malu. Namun ia menyambut uluran tangan Hoshi, karena ia takkan mau terdorong arus manusia ini.

Mereka bergandengan tangan sepanjang jalan. Hoshi selalu memperingatkan Nana agar tetap selalu berada disampingnya, karna kereta api saat rush hour sangat penuh. Kebetulan, rumah Nana dan Hoshi ternyata hanya berbeda blok, namun masih berada di distrik yang sama.

” Huff.. Akhirnya kita sampai juga.. ” ujar Hoshi lega. Ia memang tidak begitu menyukai keramaian, ia lebih suka sendirian, hanya satu dua orang saja yang berada disampingnya. Dan itu akan membuatnya merasa nyaman.

” Maaf, kau telah mengantarkanku hingga ke rumah, sungguh aku ini benar-benar merepotkanmu, aku berhutang budi padamu! sungguh! ” Nana menunduk dalam ke arah Hoshi, mengucapkan maaf berkali-kali.

” Sudahlah, aku mengerti kok, aku senang bisa mengantarmu ke rumah..” ujar Hoshi sembari tersenyum. Nana hanya menunduk malu, lalu mengetuk pintu rumahnya beberapa kali. Hoshi masih menunggu sampai Nana masuk ke dalam rumah.

Beberapa lama menunggu, tidak ada yang kunjung membukakan pintu. Nana agak cemas menunggu di depan pintu. Hoshi terheran-heran.

“ mengapa tidak ada yang membukakan pintu? Kemana semua orang? “ gerutu Nana pelan. Ia mengeluarkan ponselnya. 1 email masuk.

“ Nana-chan, kau sudah selesai latihan drama? Ayah, Ibu dan Toru masih berada di rumah Paman di Saitama, mungkin kami akan pulang malam, kau bawa kunci rumah? Kalau tidak bawa, kau ke rumah temanmu dulu ya? Kami janji akan pulang tak lama lagi.”

“ EH?? “ Nana melompat kaget. Hoshi memasang muka heran.

“ ada apa, Nana-san? ”

“ Harus bagaimana ini??” Nana menepuk kepalanya putus asa.

“ keluargaku pergi ke Saitama dan aku lupa membawa kunci rumah! Harus bagaimana ini?” jelas Nana dengan nada penyesalan. Kepalanya semakin pusing karna ini.

“ Tenang dulu, Nana-san, aku masih disini..” Hoshi menenangkan. Tiba-tiba ia teringat sesuatu.

“ Bagaimana kalau kau ikut aku ke suatu tempat kesukaanku? Kau harus menunggu keluargamu juga kan? Bagaimana? “ tawar Hoshi riang. Nana terheran.

“ Tempat kesukaan? Dimana? “

“ Tidak jauh dari sini, ayo ikut! “ sebelum Nana bertanya lebih jauh, Hoshi sudah menarik tangannya pergi.

==–==

“ Kazuma-kun, sebenarnya kita mau kemana? “ Tanya Nana heran. Ia terus menaiki satu persatu anak tangga yang terlihat seperti tangga kuil. Namun Hoshi tidak menjawab.

“ Kau capek, Nana-san? “ tanya Hoshi.

“ Ah, tidak terlalu, aku hanya penasaran aku akan diajak kemana..” ujar Nana sembari tersenyum. Hoshi ikut tersenyum mendengarnya.

“ Sebentar lagi sampai kok, ah, itu dia tempatnya! “ Hoshi berlari diantara pepohonan. Nana susah payah mengikutinya. Ia menyibak dahan-dahan pohon yang menutupi jalan. Nana terbelalak ketika melihat apa yang ada di hadapannya.

“ Indah sekali bukan? “ Hoshi tersenyum puas.

“ I, indahnya!! Ini benar-benar luar biasa! “ kagum Nana.

Nana dan Hoshi tiba disuatu bukit dibalik dahan dan semak semak hijau di belakang kuil Saito, yang penuh dengan pepohonan Sakura yang mulai bermekaran, warna pinknya berkilau diterpa remang-remang cahaya bulan. Di sisi bukit, Nana dan Hoshi dapat melihat gemerlapan kota Tokyo dari kejauhan.

“ Bagaimana kau bisa tahu ada tempat seindah ini di Tokyo? “ Tanya Nana heran, sembari menjatuhkan dirinya di rerumputan. Hoshi ikut duduk disampingnya.

“ Ceritanya panjang.. memangnya kau mau mendengarnya? “ Hoshi menerawang langit malam yang di penuhi jutaan bintang yang berkilau, sorot matanya terlihat sedih.

“ Tentu aku mau mendengarnya.. “ Nana menghela napas, lalu mendekatkan posisinya ke samping Hoshi, bersiap mendengarkan.

“ Bukit ini, tidak banyak yang mengetahui keberadaan bukit ini, aku juga menemukannya secara tidak sengaja..” Hoshi menghela napas.

“ kutemukan bukit ini saat musim semi, 7 tahun lalu. Saat itu Sakura disini sudah bermekaran, saat itu, aku sedang sangat sedih karena kedua orangtuaku akan bercerai, setiap hari, yang kutemukan di rumah bukanlah ketenangan, karna disana hanya ada teriakan kemarahan kedua orang tuaku, setiap hari mereka bertengkar tanpa pernah memedulikanku, “ Hoshi berbaring menatap langit. Nana terus menatapnya.

“ Malam itu, aku lari dari rumah karna sudah tidak tahan lagi,Ayah dan Ibuku sudah memutus kan untuk pergi, aku frustasi, aku terus menangis sembari berlari. Entah apa yang menuntunku untuk berlari ke kuil Saito saat itu, aku hanya ingin berdoa kepada Tuhan agar orang tuaku kembali..”

“ Aku berdoa sendirian, sembari terisak pelan di hadapan kuil. Seperti seorang anak yang tersesat, aku berjalan tak tentu arah, menembus semak-semak dan menyingkirkan dahan-dahan pohon, masuk ke dalam hutan belakang kuil, tanpa rasa takut.. “ kenang Hoshi.

“ Aku menemukan secercah cahaya yang masuk ke dalam mataku, pepohonan Sakura yang bermekaran waktu itu, masih tersimpan dalam kenanganku, karna hatiku sedang kacau waktu itu, aku terus berlari, hingga aku tiba di tepi bukit, aku melihat pemandangan yang luar biasa ini. Aku bersandar di salah satu pohon Sakura karna lelah, aku memandang jutaan bintang yang bersinar malam itu. Aku terus menangis sembari memeluk lutut.. Hingga ia datang, seseorang datang menghampiriku..”

“ Hei, mengapa kau menangis? “ Tanya seseorang, mengagetkan Hoshi kecil yang sedang menelungkup memeluk lututnya.

Hoshi kecil mendongak. Ia melihat seorang anak perempuan berbaju aneh, berjongkok dihadapannya sembari memegang sapu lidi besar yang dibawanya sejak tadi.

“ Si, siapa kau? “ Tanya Hoshi heran.

“ Seharusnya aku yang bertanya begitu! Anak kecil kan tidak boleh berkeliaran saat malam hari! “ tegurnya sok tahu.

“ Huh! Memangnya kau bukan anak kecil? “ gerutu Hoshi pelan, anak perempuan itu tertawa.

“ aku memang masih kecil! Tapi yang pasti, aku tidak cengeng seperti anak kecil! “ ejeknya pada Hoshi. Hoshi terhenyak malu. Ia langsung mengusap kedua matanya.

“ Huh! Tidak usah sok tahu! Kau tidak tahu apa yang kurasakan sekarang! “ bentak Hoshi kesal. Tidak ada yang tahu perasaan nya sekarang.. batinnya sedih. Ia kembali menekuk wajahnya. Tidak mau memperpanjang masalah. Anak perempuan itu tertegun.

“ Kau punya masalah ya? “ Tanya anak perempuan itu pelan. Hoshi hanya diam.

“ Bukit ini, bukit ini adalah bukit yang aneh, bukit ini seakan mengundang banyak orang yang sedang tak mempunyai arah untuk berjalan datang. Banyak orang yang semula ingin berdoa di kuil, yang telah putus asa atas kehidupannya, datang kesini. Mungkin pemandangan ini menghangatkan hati mereka..” jelas anak perempuan itu. Pandangan matanya lurus.

“ Ayah dan Ibuku akan bercerai…” desis Hoshi sedih. Anak perempuan itu tertegun.

“ bercerai? “ ulangnya. Hoshi mengangguk.

“ Aku datang kesini karna aku sudah frustasi, aku muak dengan semua yang ada dirumah, aku muak dengan Ayah dan Ibuku yang terus bertengkar! Aku muak dengan semuanya!!” teriak Hoshi miris. Anak perempuan itu menatap Hoshi dengan penuh perhatian.

“ Kau tahu, aku juga bernasib sama denganmu.. “ ujarnya pelan. Ia tersenyum pada Hoshi.

“ Aku ditemukan oleh pengurus kuil Saito 3 tahun lalu, aku tersesat di kuil ini ketika aku tak tahu jalan pulang, orang tuaku baru saja meninggal dunia saat kami sekeluarga pergi ke Tokyo.. “ jelasnya sendu.

“ Aku menghilang dari rumah sakit, shock karena kehilangan orang tuaku, dan aku dirawat oleh pengurus kuil ini dengan sangat baik, aku berhutang budi pada mereka semua..” ujar nya sembari tersenyum.

“ lebih baik kau bersyukur pada Tuhan karna kau masih mempunyai orang tua, kau hanya perlu bersabar dan berbicara baik-baik pada orang tuamu, karna sesungguhnya, apabila kau sangat membenci sesuatu, ketika kau kehilangannya, maka kau akan segera membenci dirimu sendiri dan bertanya, mengapa dahulu aku membenci nya? “ Anak perempuan itu mengenggam erat sapu lidinya, menahan air matanya yang mulai mengucur.

Hoshi tertegun. Di dalam hati, ia menyesal atas perbuatannya saat itu.

“ Aku akan kembali..” desis Hoshi pelan. Anak perempuan itu tersenyum.

“ Syukurlah.. “ bisik anak perempuan itu pelan. Hoshi beranjak dari duduknya dan bersiap pergi. Ia berlari diantara pepohonan. Anak perempuan itu tersenyum menatap kepergiaannya.

Hoshi terhenti. Ia berbalik ke belakang.

“ Hei! Aku lupa bertanya siapa namamu? “ Anak perempuan itu belum jauh. Mereka masih bisa berbicara satu sama lain.

“ Namaku Hoshiko! Dan kamu? “ Hoshi tertegun.

“ Hei! Nama kita sama! Namaku Hoshi! Senang bertemu denganmu.. “ Hoshi melambai ke arahnya. Hoshiko tersenyum. Hoshi kembali berbalik dan berlari pergi.

“ Ah, Hoshiko.. Arigato ne.. ” bisik Hoshi diantara langkahnya. Seakan mendengarnya Hoshiko tersenyum simpul. Entah kenapa, sesaat setelah Hoshi pergi, tanpa Hoshi ketahui, Seluruh pepohonan Sakura tiba-tiba dipenuhi kabut.

=—=

” Bukit Bintang..” desis Hoshi mengakhiri ceritanya. Nana sedikit terkejut dengan cerita Hoshi.

” Semenjak aku bertemu dengannya saat itu, di dalam hati aku telah menamai bukit itu dengan sebutan bukit Bintang.. ” tawa Hoshi pelan. Nana masih menatap Hoshi tak percaya.

” Maaf.. ” desis Nana pelan.

” Maaf? untuk apa? ” Hoshi beranjak dari tempatnya. Berdiri menatap langit yang bercahaya.

” Aku tidak pernah tahu masa lalu Kazuma-kun, aku hanya menganggap Kazuma-kun adalah seseorang yang baik hati dan tak pernah mempunyai masalah..” jelas Nana berkaca-kaca. Hoshi tersenyum.

” Tidak usah merasa bersalah begitu, Nana-san tidak salah apapun kok..” Ujar Hoshi sembari tersenyum. Nana mendongak menatap Hoshi, meminta keyakinan.

” Aku berharap bertemu dengannya lagi, sekali saja..” ujar Hoshi menerawang.

” Memang setelah itu, kau tidak berusaha untuk menemuinya lagi? ”

” Aku selalu kesini semenjak itu, tetapi, anehnya, aku tidak pernah bertemu dengannya lagi, saat aku bertanya pada pengurus kuil, semuanya menjawab tidak tahu…” Hoshi menunduk, sepertinya ia sangat menyesal.

Mereka berdua terdiam dalam keheningan beberapa saat.

” Uhh..” Nana mendesah. Ia memeluk dirinya sendiri, kedinginan.

Doushite? Kau kedinginan, Nana-san? ” tanya Hoshi khawatir. Nana mengangguk.

” Hanya sedikit, tetapi, Ah..” tiba-tiba Hoshi menyelimuti Nana dengan jas sekolahnya.

” Ah, tidak usah, Kazuma-kun pasti juga dingin..” ujar Nana sungkan. Hoshi tersenyum sembari merapatkan jasnya pada Nana.

Daijoubu, aku sudah biasa dengan udara dingin disini..” Nana tersenyum malu. Hoshi kembali duduk menatap langit.

” Kau selalu merasa kesepian, Kazuma-kun? ” tanya Nana hati-hati.

” Tidak..” Hoshi menggeleng.

” Karena jutaan bintang di langit selalu menemaniku, lagipula, sekarang Nana-san ada disampingku..” ujar Hoshi, tatapannya lurus.

” Benarkah? ” tanya Nana agak malu.

Un! Ya.. Kau mau menemaniku tidak, Nana-san? ” tanya Hoshi.

” Ah, Ng.. ”

” Mengapa? Kau keberatan? ” Hoshi menatap Nana, matanya menyiratkan sepi.

” Tentu! Tentu aku mau.. Aku akan selalu menemani Kazuma-kun disini..” ujar Nana yakin. Hoshi tertawa riang. Nana senang melihatnya.

Terimakasih..” bisik Hoshi.

====

Nana menutup pintu rumahnya pelan. Di kepalanya masih terbayang saat-saat bersama Hoshi tadi. Entah kenapa ada suatu perasaan yang berat yang menggelayut hatinya.

” Perasaan apa ini? ” tanyanya pada diri sendiri.

-ToBeContinued~

Sepertinya Chapter ini panjang juga.. hmm..

Maap kawand – kawand pembaca, Spring terbitnya lama banget, habisnya banyak tugas, ulangan, peer, ddeELEL.. bom aja thu lha semuanya! *nyuruh Hiruma telpon jaringan Al Qaeda* XD

Mana besok jumat sabtu ada TryOut… Huwee.. T.T selamatkan akU!!

sudahlah sudah, jangan bicarakan masalah pribadi. (silent)

bagaimana? bagaimana? bagus tak? bagus tak?

zu punya rencana bikin lanjutannya cerpen suzu yang judulnya “TEMAN?” itu, hehe. udah ada storylinenya sih, cuma.. gimana ya?

yasudah lha ya, oh iya satu lagi.

Pengumuman Let’s Our Imagination Flowing Up diundur..

kayaknya kalo engga minggu depan ya Selasa besok.. hehe.

udah dulu, ya! wajib comment! suzu mw ngelanjutin makalah, hehe.

doakan suzu semoga sukses dalam bikin cerita dan TryOut!! ^O^//

Spring CHAP 5 ~Hoshi and Nana~

” Hei, Nacchan!!” sapa Sakura mengagetkan yang disapa. Nana tersentak kaget sembari menoleh ke belakang.

” kali ini kau menelan Sadako ya, Nacchan? kenapa diam begitu? kau demam?” tanya Sakura asal. Ia meraba dahi Nana, menyibak poni yang menutupinya.

” Tidaak, baka! kau ini asal sekali kalau bicara..” Nana terhenti. Ia tidak ingin melanjutkan perdebatannya dengan Sakura. Ia masih sangat gelisah memikirkan apa yang terjadi kemarin, saat pelajaran Miss Naiko usai.

” Jadi, kalian berdua, melakukan Shiritori dalam bahasa Inggris, kalian bisa kan? ” tawar Miss Naiko waktu itu. Nana dan Hoshi hanya mengangguk.

Miss Naiko mengocok kedua tumpukan kartu yang berisikan kata-kata bahasa Inggris. Lalu menyerahkannya pada Hoshi dan Nana.

” Kalian hanya tinggal membaca isi kartu itu, dan pilih mana yang sesuai dengan apa yang dibicarakan lawanmu, mengerti? ” sekali lagi, Nana dan Hoshi hanya mengangguk.

” kita mulai ya, one, two, three, starto!

Hoshi segera mengangkat kartu pertamanya.

Why.. ” baca Hoshi.

Did.. ” balas Nana.

I.. “ Hoshi menyahut.

Ff.. Fall..” Nana tiba-tiba tergagu. EH?

In? ” Hoshi mulai heran. Ja, jangan sampai..

Nana mengocok kembali kartunya. Ia membuka satu kartu. Ia terbelalak. Wajahnya menampakkan rona merah yang agak ia tutupi. Hoshi sepertinya sudah tahu.

” Ayo cepat! Cepat! ” teman-temannya menyemangati.

Lo, Lo, Love.. ” Nana terbata-bata. Ia menunduk dalam. Malu sekali rasanya. Ia merasa wajahnya sudah memerah seperti kepiting rebus Okinawa. Teman-temannya tertawa, ada yang berbisik-bisik.

Hoshi tak tahu harus berbuat apa. Rona merah di mukanya mulai terlihat. Ia mengocok kartunya.

With..” bacanya pelan sekali.

Nana mengocok kartunya kembali. Jangan lagi!! Ia membukanya. Nana terkejut hingga hampir berteriak. Wajahnya memerah hingga ke telinga.

” Ayo! Ayo! Mitsuki! Mitsuki! ” semangat dari teman-temannya yang riuh rendah membuat Nana makin malu.

” Y, You.. ” suaranya mengecil. Ia semakin menunduk karna malu. Hoshi terbelalak. Ia tersentak malu. Miss Naiko yang dari tadi hanya tertawa melihat ke arah Stop watch. Sudah dua menit berlalu.

” Baiklah, karna Kazuma-san tidak membalas kata-kata Mitsuki-san, jadi Kazuma-san yang bernyanyi, nah, kalian mau Kazuma-san bernyanyi apa? ” tawar Miss Naiko pada penjuru kelas. Semua berbisik-bisik.

Doushite kimi wo suki ni natte shiimattandarou ~ wohoho.. ” sahut Kazuru Haru, menggoda kedua orang itu di hadapan seluruh kelas. Keduanya merona malu, lalu menunduk. Mimpi apa aku semalam sehingga aku dipermalukan di depan kelas begini??

Ada yang mengetuk pintu. Miss Naiko membukanya. Ia berbicara sebentar, lalu kembali ke depan kelas.

” Kazuma-san, Mitsuki-san, kalian ibu persilakan duduk.. Ada pengumuman penting yang akan disampaikan oleh Kanazawa-sensei.. “ ujarnya.

Kanazawa-sensei berjalan ke hadapan kelas.

“ Maaf telah menganggu proses belajar kalian, tapi ada satu pengumuman penting, sekolah kita sebentar lagi akan mengadakan Festival Tahunan, dan kelas kita ditunjuk untuk memainkan Dorama..” jelasnya. Semua berbisik-bisik.

“ Jadi, Miss Naiko, bolehkah pelajaran bahasa Inggris dihentikan dahulu? “ pinta sensei. Miss Naiko mengangguk dan pergi keluar kelas.

Sementara itu, Hoshi dan Nana kembali ke tempat duduk, diam. Entah tidak tahu harus berkata apa.

“ Hoshi-kun..”

“ Mitsuki-san..”

Mereka memanggil bersamaan.Pandangan mereka beradu, dan Hoshi langsung membuang muka karena malu. Begitu juga dengan Nana. Mereka terdiam beberapa saat.

Gomennasai.. “ sahut mereka bersamaan.

“ Maaf soal tadi, itu benar-benar.. “ jelas Nana terbata. Hoshi menatapnya. Nana menunduk malu, tidak bisa menatap wajah Hoshi.

Daijoubu ne, seharusnya aku yang meminta maaf.. “ pinta Hoshi sembari tersenyum.

Hontou ni? “ Nana mendekatkan wajahnya ke arah Hoshi. Meminta kejelasan.

Un! Daijoubu da yo.. “ Ujar Hoshi lembut. Ia tersenyum tulus ke arah Nana yang ikut tersenyum karenanya. Nana yang agak tersipu, langsung mengarahkan pandangannya kearah lain. Pandangannya tertuju pada Naito dan Sakura.

‘ Whoa.. mereka akrab sekali.. “ gumamnya iri.

Hoshi ikut menatap Naito dan Sakura.

“ Mereka.. Yozakura-san dan Hoshina-san.. kau iri dengan mereka? “ goda Hoshi.

“ ti, tidak.. hanya saja, aku heran, mereka baru beberapa jam bertemu, tapi sudah akrab sekali, sampai mengacak-acak rambut sambil tertawa – tawa segala.. manisnya.. “ Nana mendesah sembari menopang dagunya. Hoshi terdiam.

“ Oh iya, ngomong-ngomong soal rambut, hari ini rambut ikal Sakura kelihatan manis sekali di kepang begitu, sementara aku? “

Hari Senin, di sekolah Tomodaijou Gakuen, adalah saat dimana semua murid perempuan dan laki-laki harus memakai seragam resmi Tomodaijou, Murid perempuan, rambutnya harus dikepang dan tidak boleh berantakan. Dan murid laki-laki memakai jas berwarna biru tua dengan lambang Tomodaijou.

Nana masih mendesah. Hoshi merasa tidak enak melihatnya.

“ Jangan berkata begitu.. “ ujarnya pelan.

“ setiap orang mempunyai daya tarik dan kemampuan tersendiri, tidak ada kecuali, Karena Tuhan selalu adil dalam menciptakan makhlukNya, kalau kau tetap menyesal dengan keadaanmu itu, kau harus memikirkan cara untuk memperbaikinya, bukan hanya mengeluh.. “ jelas Hoshi panjang lebar. Nana mengangkat kepalanya. Tertegun.

“ dan menurutku, bukan Cuma Hoshina-san yang cantik dengan rambut berkepang, Nana-san menurutku juga manis kok, dengan tatanan rambut seperti itu.. “ puji Hoshi sembari mengelus rambut Nana lembut, membuatnya melayang, walau hanya sebentar.

Nana kembali menampakkan rona merah, tersipu malu.

Tiba-tiba riuh rendah kelas mengagetkan keduanya. Mereka menoleh ketika beberapa teman memberi mereka selamat. Ada apa??

“ Hei! Nana! Omodettou! Kau dan Kazuma-san terpilih menjadi pemeran utama dalam Dorama! Omodettou! “ teriak Sakura sembari memeluk Nana yang masih bingung dengan keadaan yang terjadi.

“ Dorama? Aku? Hoshi-kun? Pemeran utama? “ Nana bertanya-tanya.

“ Jadi, Mitsuki-san dan Kazuma-san, selamat! Kalian terpilih menjadi pemeran utama di Dorama kelas kita! The Princess and The Witch’s broken barrier! “ Kanazawa-sensei memberi selamat pada keduanya.

Mereka berdua saling bertatapan bingung.

“ EH? “

=_=

“ Nana!! Sampai kapan kau mau melamun! “ teriak Sakura mengagetkan Nana. Nana tersentak.

‘ Ah! Kenapa, Hoshi.. Uph.. “ Nana tidak sadar mengucapkan sesuatu yang membuat Sakura menyeringai lebar.

“ sepertinya teman ku yang satu ini sedang jatuh cinta~ Doushite kimi wo suki ni natte shiimattandarou~ ne…??? “ goda Sakura. Nana yang sudah malu langsung mengejarnya.

“ Nacchan! Kau dipanggil Kanazawa-sensei untuk latihan drama! Jangan lupa mengajak Your Lovely Witch Hoshi – kun itu ya~ jangan lupa.. “ teriak Sakura dari kejauhan. Berlari pergi dan sempat-sempatnya menggoda Nana.

Nana berlari di antara koridor panjang Tomodaijou Gakuen, ke ruang teater.

Ketika sampai disana, ia melihat Hoshi dan Kanazawa-sensei sedang membicarakan sesuatu. Hoshi kelihatan berpikir keras.

” ada apa? ” tanya Nana hati-hati. Hoshi agak terkejut juga senang melihat Nana. Nana tersenyum padanya.

” ini naskah cerita The Princess and The Witch’s Broken Barrier.. ” Kanazawa-sensei menyodorkan tumpukan kertas. Nana menerimanya, dan membacanya sedikit.

” APA? memangnya aku bisa melakukan adegan seperti ini?!” ujarnya setengah berteriak. Ia menatap Kanazawa-sensei memelas. Kanazawa-sensei hanya menggeleng, tidak mempedulikannya.

Hoshi reflek meraih tangan Nana.

” Aku, juga kau, pasti bisa melakukannya! shinjiteru ne! ” mata Hoshi berkilat semangat.

” benarkah? ” tanya Nana tidak yakin.

” aku adalah Witch.. dan kau adalah.. My Princess.. “

======================

yoha~ psakura21uas puas? ==a

baca terus yow.. disini zu lg menyorot Kazuma Hoshi dan Nana, kisah cinta yang seru poll buat dilanjutin., heuheuheu..

entah darimana asalnya, zu dapet ide ini, mungkin habis ketimpuk sendal kali ya.. ==a

heuheu..

seperti biasa, comment, review, kritik, saran pertanyaan, sendal, sepatu, semir semir.. ==a emang sol sepatooo apa?

ok deh, ayo ayo.. terus tunggu selanjutnya dengan setia! entar dorama The princess and the witch’s broken barrier, seruu~ *pamer*

btw, ttu dorama yg bikin zu sendiri lho, engga coppas mana pun.. ^o^V

baca terus yowh, Ja ne~!

Spring CHAP 4 ~Beginning of New Begin~

Naito berjalan ke arah tempat duduk Sakura. Sakura hanya diam, memandang ke arah lain. Naito menarik kursi dan menghempaskan tubuhnya disana, tak berkata apapun pada Sakura. Seluruh penjuru kelas melirik takut-takut pada mereka berdua. Mereka ingin mengetahui bagaimana reaksi keduanya.

Hening. Mereka berdua tidak mengatakan apapun.

TOKTOKTOK!

Kanazawa-sensei mengetuk-ketuk meja dengan penggaris, menyuruh semua yang sedang berbisik-bisik untuk diam, dan memulai pelajarannya. Sakura menopang dagu di atas meja, sementara Naito masih menatap kosong ke depan.

Pelajaran dimulai. Mereka masih saja dalam posisi yang sama. Nana yang memandang dari belakang hanya mengangkat bahu, melihat aura-aura yang dikeluarkan keduanya sangat dingin dan datar.

Pelajaran hari ini Bahasa Inggris. Seperti pelajaran Bahasa Inggris yang sudah-sudah, Miss Naiko, mengadakan suatu perlombaan berhadiah kecil-kecilan, seperti coklat, atau permen. Memang terlihat terlalu ke-anak-kecilan, tetapi banyak anak di kelas 2-B yang selalu tertarik mengikutinya.

” Mitsuki-san, Kazuma-san! come here! ” panggil Miss Naiko dalam Bahasa Inggris. Menunjuk Nana dan Hoshi, teman sebangku Nana.

E? Atashi?? ” ujar Nana kaget, menunjuk dirinya sendiri. Hoshi hanya melihat Nana dengan tatapan heran.

Un! Kau dan aku! siapa lagi? ” Ujar Hoshi cuek, Nana hanya cemberut dan beranjak dari tempat duduknya.

Ada permainan sederhana yang dilakukan oleh dua orang di depan kelas. Sejenis Shiritori, permainan sambung kata yang biasa digunakan dalam bahasa Jepang, tetapi kali ini, memakai Bahasa Inggris.Miss Naiko hanya memberi mereka waktu 2 detik untuk memikirkan sambungan katanya. Yang melebihi dua detik, dianggap kalah dan orang yang satunya akan langsung memberikan kata kunci yang lain. Begitu seterusnya sampai Miss Naiko mengakhirinya. Yang menang, Ia akan dapat coklat, dan tentu saja dipersilakan duduk. Tetapi yang kalah, ia harus bertahan sebentar, dan menyanyi di depan kelas, diiringi gelak tawa anak-anak sekelas.

Kali ini, yang ditunjuk oleh Miss Naiko adalah dua orang Master Bahasa Inggris, Nana dan Hoshi yang kebetulan sebangku. Entah apa jadinya nanti, ini dianggap menarik oleh seluruh penjuru kelas.

Sakura menaruh dagunya diatas meja. Sepertinya ia bosan. Biasanya, ia bertaruh bersama Nana untuk hal seperti ini. Mereka menebak-nebak mana yang akan kalah dan yang mana yang akan menang. Taruhannya? Tergantung. Biasanya hanya traktir makan siang, atau mengerjakan PR Matematika orang yang menang. Dan menurutnya, itu asyik.

Sakura melirik ke arah sebangkunya, Naito, yang hanya diam, sesekali membetulkan posisi duduk, atau hal-hal lain yang biasa dilakukan oleh orang yang tidak punya pekerjaan. Sakura menarik napas. menghadap ke depan.

” Yozakura-san..” panggil Sakura acuh.

” Hm? ” jawab Naito pendek, seakan dia sudah tahu, bahwa Sakura mencoba memanggilnya.

” Kau.. ” Sakura menggantungkan kalimatnya.

” Hhm? ”

” Dari mana? ” tanya Sakura.

” Osaka.” lagi-lagi Naito menjawab pendek. Sakura mendesah.

” Osaka? Aku juga murid baru dari Osaka, mengapa kita tidak pernah bertemu? ” Tanya Sakura heran. Naito ganti mendesah.

” memangnya kau pikir Osaka itu sesempit apa hingga kau bisa menghapal semua orang yang ada disana? “ujar Naito heran. Sakura tertawa kecil.

” Benar juga ya..” tawa nya sembari menggaruk kepala. Es yang ada disana mencair seketika.

” mengapa kau pindah dari Osaka? ” ujarnya heran. Naito bersedekap, bersandar di sandaran kursi yang agak tinggi.

” sepertinya kau belum juga menyebutkan namamu? mengapa kau sudah tanya-tanya seperti itu? ” sinisnya. Sakura lagi-lagi tertawa. Naito sempat menatap mata Sakura singkat. Sepertinya aku pernah melihat ia sebelumnya.. gumam Naito dalam hati. Mungkin hanya perasaanku saja..

” Ah, Iya! kau sudah mengingatkan ku dua kali! Aku ini ceroboh ya.. ” tawa nya pada diri sendiri.

” Namaku Hoshina Sakura, panggil saja aku Sakura, jangan Hoshina ya, karena terlalu kaku! Yoroshiku..” ujarnya ceria. Entah kenapa, Sakura merasa ketika berada di dekat Naito, ia harus merasa ceria karena siapa tahu, Naito bisa ikut merasa senang. Sakura merasakan aura kesepian yang sangat melekat pada diri Naito, seperti pada dirinya dulu.

Naito terdiam sebentar menatap Sakura. Sakura merasa heran.

” Naito-kun, doushita mo? ” Sakura balas menatapnya heran. Naito tersenyum.

Daijoubu, ne, Sakura-san..” Sakura sempat terpesona beberapa lama, lalu menggelengkan kepalanya sembari menahan semburat merah muda di pipi nya. Kau sedang apa, baka Sakura.. elaknya pada diri sendiri.

” Sakura-san? Kau kenapa? ” ganti Naito yang menatapnya heran. Sakura hanya menggeleng keras. Takut rasa malunya terlihat oleh Naito.

” Hei, Naito-kun.. ” panggil Sakura, mengalihkan pembicaraan.

” Hmm? ” Naito lagi-lagi menjawab dengan gumaman pendek.

” Kau pernah bertaruh? ” tanya Sakura pelan.

” bertaruh? ” ulang Naito.

” Un! bertaruh! misalnya dalam perlombaan kau mengandalkan seseorang dan seseorang lagi yang aku andalkan, apabila dalam pertandingan itu seseorang yang menang, kau akan mendapatkan sesuatu, seperti itulah! ” jelas Sakura senang.

” Hmmm…”

” Ayolah! kau mau bertaruh denganku tidak? mau ya? ” tawar Sakura berharap.

” kau mau bertaruh apa? ” Naito sepertinya mulai tertarik.

” Itu.. Nana dan Hoshi.. ” tunjuknya ke depan.

” Kau mau bertaruh siapa yang akan dapat coklat? ” Naito mengalihkan pandangannya ke depan.

Sakura menggeleng. Naito mengangkat alisnya.

” Kita bertaruh! mereka akan jadi sepasang kekasih, atau tidak! ” tantangnya. Naito terdiam menatap Sakura heran.

” Lalu, apa yang akan dilakukan kalau aku menang? ”

” Aku akan melakukan apa yang kau inginkan, selama tiga bulan! ” ujar Sakura mantap.

” kau serius? ” tanya Naito tak percaya. Sakura mengangguk. Ia memang suka hal yang ekstrem seperti ini.

” Baiklah, aku mengerti, aku akan menambah syaratnya kalau begitu.. ” ujar Naito tertarik.

” Apa? ”

” Jangka waktu kita bertaruh 1 minggu.. ” Naito berpikir.

” apa bila setelah satu minggu satu dari 2 pernyataan kita benar, entah aku atau kau, harus menuruti apa yang diperintahkan yang kalah, selama musim semi, Bagaimana? ” tawarnya. Sakura mengangguk makin keras.

” Setuju!” Sakura mantap. Wajahnya merona saking senangnya, seperti anak kecil yang baru mendapat permen.

” jika aku yang menang, kau tidak boleh protes dengan apa yang aku inginkan.. ” ujar Naito menantang.

” Tentu saja! aku tidak akan mengingkari janji.. ” ia mengangkat kedua ibu jarinya sambil tertawa kecil.

” kalau begitu, aku tambah sesuatu lagi.. ”

” yang menang adalah yang kalah.. ”

” Maksudmu..? ”

” Ya, kalau misalnya pernyataanmu yang benar, kaulah yang akan kalah, dan apabila pernyataanmu salah, kau yang menang..” jelas Naito. Sakura hanya mengangguk senang. Naito tertawa melihat wajah Sakura yang begitu polos.

” Kau serius? ” tanya Naito sekali lagi.

” Aku sudah sangat-sangat serius!” Sakura mengacungkan kedua jarinya. Naito kembali tertawa kecil.

” Kalau begitu, kita sepakat! ” Naito mengulurkan tangannya.

” Un! sepakat! ” ujar Sakura menyalami tangan Naito.

” Kau benar-benar gadis yang jarang ditemukan.. ” tawa Naito sembari mengacak-acak rambut ikal Sakura. Sakura ikut tertawa. Semua yang melihatnya merasa sangat-sangat heran, berbisik-bisik lagi.

” Baiklah! Ayo kita mulai, aku yakin mereka tidak akan menjadi sepasang kekasih..” taruhnya.

” Bagaimana kau bisa tahu? ”

” karena mereka adalah saingan, mereka tidak cocok! ” sahut Sakura sembari bersedekap.

” kalau begitu, aku yakin mereka bisa menjadi sepasang kekasih.. ” ujar Naito yakin.

” bagaimana kau bisa tahu? ” tanya Sakura balik.

” bisa dilihat kok.. ” sahut Naito ringan.

” kita tunggu satu minggu lagi.. kita boleh melakukan cara apa saja kan untuk mendapatkan “kekalahan”? ”

” tentu saja.. ”

” aku yakin aku yang akan menang.. ”

” jangan begitu yakin dulu, ini baru sebuah permulaan untuk mengawali sesuatu yang panjang..”

” maksudmu? ”

=ToBeContinued=

bagaimana? bagaimana? bagus tak? bagus tak? coment yow comen yow! harus comen! engga boleh engga! cerita nya ada yang membingungkan? tanya saaajaaa…

zu menerima kritik, saran, pendapat, usul, pertanyaan, juga sendal.. *lho?*

OKayy?? Okayy??

tetap setia menunggu ya… Oaakaayy?? >o<

Ja~ne.. arigato udah baca yowh.. ^^

Spring CHAP 3 ~New Feel~

Sakura mendesah pelan. Ia berjalan melintasi koridor sekolahnya yang baru setelah tragedi itu, Tomodaijou Gakuen, yang kelihatan megah dimatanya. Sekolah di Osaka tidak ada yang sebagus ini.. pikirnya udik. Sakura memang belum pernah mengunjungi Tokyo sebelumnya. Karena ia tidak terlalu suka keramaian. Setiap kali Yuri atau Tatsuko mengajaknya ke Tokyo, Sakura akan menolak mentah-mentah ajakan mereka. Tanpa alasan yang pasti. Tetapi yang pasti, selama sebulan ini, pikiran nya tentang Tokyo berubah drastis. Sekarang ia benar – benar menyukainya.

Jika dulu, yang ia bayangkan, Tokyo hanyalah kota yang sangat ramai. Apalagi tepat di jantung kotanya, itu hanya  terlihat seperti lautan manusia di matanya. Apalagi saat rush hour-yaitu saat orang-orang berangkat dan pulang kerja-, atau saat liburan musim panas. Mungkin kita tidak akan punya tempat untuk berdiri sekalipun.

Sakura hanya mengetahui itu. Ramai. Itu yang membuatnya ogah untuk mengunjungi Tokyo. Tetapi, tidak untuk sekarang. Ia menghapus semua pikiran buruknya tentang Tokyo, dan sekarang ia mencintainya, hanya dalam jangka waktu satu bulan! Sakura memang seorang yang tak bisa ditebak jalan pikirannya. Walau dalam hal sepele sekalipun.

” Sakura-chan! ”  sebuah panggilan mengakhiri lamunannya.

Sakura menoleh ke sumber panggilan. Seorang gadis manis berseragam musim semi Tomodaijou Gakuen-kemeja putih dengan dasi diikat pita berwarna hitam putih, juga rok berwarna sama dengan dasinya- menghampirinya.

” Nacchan? Doushite? ” tanya Sakura terheran heran melihat Mitsuki Nana, teman barunya di sekolah ini, mengejarnya.

Nana yang sedari tadi mengejar Sakura, terengah-engah di hadapan Sakura. Memegangi dadanya yang sesak karena lelah berlari.

” kau ini jahat sekali! aku sudah memanggilmu dari tadi dan kau tidak menoleh sama sekali! kau kerasukan Sadako ya, pagi-pagi begini, ne? ” ujar Nana asal. Sakura tertawa kecil sembari mencekik -walau hanya bercanda- leher Nana, Nana meminta ampun.

” apa kau bilang? bahkan Sadako pun takkan berani menghadapi ku!” ujar Sakura membanggakan diri. Nana mencibir.

” ya, Sadako tak berani menghadapi mu karena takut akan wajahmu yang seram itu..” ejek Nana lagi. Sakura hanya diam, malas menghadapi ejekan Nana yang cerewet itu.

soshita, ada perlu apa denganku? ” tanya Sakura malas. Nana kembali mencibir.

” kau memang jahat sekali, aku ini temanmu! harusnya kau perhatian padaku! jangan terus melamun atau aku akan mengguyurmu agar kau bangun dari semua mimpi dan lamunanmu! mengerti? ” omel Nana panjang lebar.

Tidak ada yang menjawab. Hening.

” Sakura? Sakura?? Saaakuuuraaaa~~!!??” teriak Nana di telinga Sakura. Sakura terhentak kaget.

” Hei! aku masih bisa mendengar, Nacchan! Jangan berteriak di telingaku! ” protes Sakura sembari mengusap-usap telinganya.

” Kau hanya tinggal bicara, dan aku pasti mendengarkannya, cerewet!” ujar Sakura tidak terima. Nana hanya melipat kedua tangannya di dada. Tanda ia siap mengomeli Sakura seperti biasa.

Sifat Sakura dan Nana memang sangat bertolak belakang. Walaupun mereka sama-sama keras kepala, Sakura lebih terlihat berani dan tegas, pintar dalam pelajaran, olahraga, berkelahi, juga bertaruh. Benar-benar seperti anak laki – laki. Bahkan, Sakura menjadi anak perempuan yang disegani oleh anak laki – laki, bukan hanya karena Sakura pintar berkelahi, tapi karena wajahnya yang manis, kulitnya yang cerah, suaranya yang tegas, dan postur tubuhnya yang lumayan, semua itu membuatnya menjadi incaran para laki-laki untuk menjadi kekasihnya. Sayang, Sakura tak pernah peduli sama sekali dengan hal itu. Dengan ajaib, Sakura menjadi seorang anak perempuan kelas 2-B yang paling tenar di Tomodaijou Gakuen dalam jangka waktu satu bulan.

Sementara Nana, ia adalah gadis yang manis yang cukup tenar, dan kedekatannya dengan Sakura membuat pamornya naik beberapa tingkat. Ia disukai banyak anak kelas satu, karena Nana sering menebar senyum mautnya ketika melewati koridor kelas satu yang tembus ke arah kantin. Nana adalah anak yang manis, cukup pintar berbahasa Inggris, walau payah dalam Sastra dan Budaya Jepang, ia sangat manja dan kekanakan apabila sudah bersama Sakura, namun ia sering menyembunyikannya apabila ia berhadapan dengan anak laki-laki incarannya, atau secret admirer nya. Sakura yang sering keceplosan tentang hal itu selalu di amuk oleh Nana dan itu tidak membuatnya jera.

Nana juga seorang yang girly dan sering membawa benda-benda bermotif lucu berwarna mencolok,yang membuat mata Sakura pedih melihatnya. Sakura memang benci warna-warna mencolok-apalagi sebuah warna bernama pink- yang membuat kebencian itu sebagai titik lemah Sakura dihadapan Nana. Nana yang kadang iseng, sering membawa atau memakai hal-hal berbau pink, dan membuat Sakura tidak berani mengusili nya seperti biasa, namun Sakura tidak pernah jera untuk tidak mengusili Nana, karena menurutnya itu sebuah hal yang mengasyikkan.

hanya dalam jangka waktu satu bulan, mereka bisa dekat karena suatu ketidaksengajaan.

” Baiklah, Hoshina-san, bisakah kau perkenalkan dirimu pada smuanya?” pinta Kamazawa-sensei waktu itu.

” eng, baiklah. Atashi wa Sakura, Hoshina Sakura, Yoroshiku..”  Sakura memperkenalkan diri tanpa ekspresi. Ia masih agak kalut dengan mimpi nya kemarin. Mimpi tentang Yuri. Aku harus memulai nya lagi, Yuri, walaupun aku belum mengetahui bagaimana caranya, aku akan selalu berusaha disini, di tempatku yang baru, Tokyo. Batin Sakura.

Seluruh siswa berbisik-bisik kecil di seluruh penjuru kelas. Sakura merasa sangat tidak enak melihatnya, namun berusaha tidak peduli.

” Hoshina-san, kau tidak mau memperkenalkan dirimu lagi? kami ingin tahu, bishoujo-chan~” ujar Kazuru Haru, ketua sebuah geng pemimpin kelas 2-B dengan genit. Di dalam hati, amarah Sakura sudah meledak-ledak. Namun, akhirnya ia hanya menanggapinya dengan tidak peduli.

” maaf, kurasa semua hal itu tidak ada gunanya, dan hanya membuang-buang waktuku saja, BISHOUNEN-kun..” Sakura menekan kata-kata bishounen yang berarti “cowok cantik” pada Haru, yang membuatnya menjadi bahan tertawaan habis-habisan oleh seluruh penghuni kelas, juga oleh Kamazawa-sensei.

Haru yang “kalah” dihadapan seluruh anggota kelas hanya menunduk, mukanya merah, menahan malu dan amarah. Terang saja, seorang Kaichou yang terkenal garang seperti yakuza di seluruh penjuru sekolah, kalah, memakan omongannya sendiri, “cantik”.

Semua terus tertawa terbahak-bahak, hingga ada yang wajahnya memerah karena saking gelinya, Sakura tetap memandang kosong semuanya. Hingga Kamazawa-sensei yang tadinya ikut tertawa berdeham, menyuruh semuanya untuk diam.

” jadi, Hoshina-san ini pindah ke Tomodaijou Gakuen dari sekolahnya yang lama di Osaka, karena suatu masalah keluarga, jadi, harap semuanya harus menerima nya dengan baik..” ujar Kamazawa-sensei.

” Jadi, Hoshina-san, silahkan duduk di sebelah sana, disebelah Mitsuki-san, dozo..” Kamazawa-sensei menyilakan Sakura untuk duduk. Sakura beranjak ke arah yang ditunjuk sensei. Ia menarik kursi di sebelah gadis bernama Mitsuki yang sedang asyik memperhatikan kuku jarinya yang menurutnya cantik, karena baru saja pergi ke salon kemarin. Sakura yang melihatnya, di dalam hati merasa geli, karena menurutnya, kuku yang kelihatan dipamerkannya berwarna norak dan mencolok untuk seorang murid SMA.

Sakura langsung duduk tanpa berkata apapun. Mitsuki Nana yang sedari tadi berpura-pura cuek, sudah tidak bisa menahan pertanyaan – pertanyaan nya lagi. Ia langsung saja menyerang Sakura dengan berbagai pertanyaan, yang di anggap Sakura sebagai sesuatu yang menyebalkan.

” Hei, Kau! Mau apa kau disini! ini singgasana ku tahu! jangan seenaknya duduk disini! ” usir Nana, yang ingin tahu bagaimana reaksi Sakura. Nana selalu duduk sendirian, karena ia dikenal sebagai orang yang menyebalkan, pemarah, dan lebih suka menyendiri. Nana tidak begitu punya banyak teman karena sifatnya yang sedikit galak itu.

” Terserah, aku membayar di sekolah ini untuk duduk disini, tidak ada urusannya denganmu..” jawab Sakura santai, juga dingin. Membuat Nana tertegun. anak ini..

” kau anak baru ya? kenapa kau bisa pindah ke sini?” tanya Nana dengan nada lebih rendah.

” kau tidak mendengarkan penjelasan sensei tadi? ” Sakura balik bertanya. Nana menggeleng tanpa dosa.

” kalau begitu tanya saja lagi..” ujar Sakura ringan. Nana cemberut.

Setelah diam beberapa lama, Nana kembali memperhatikan Sakura yang memandang kosong ke depan. Entah ia memperhatikan sensei atau tidak.. pikir Nana. Ada sesuatu yang tiba-tiba menarik perhatiannya.

Di antara rambut Sakura yang ikal sebahu, Sakura memakai sebuah jepit rambut berwarna biru tua yang berkilau dengan kupu-kupu menjuntai. Kalau bukan punya Yuri, bagaimana Sakura akan sudi memakainya?

Nana dalam sekejap menyukainya. Gyaa.. Manisnya jepit itu.. >.< pikir Nana.

Anoo.. hei, Hoshina-san, jepit itu.. bagus sekali.. beli dimana? ” tanyanya langsung.

Sakura menoleh heran. Nana tiba-tiba salah tingkah dibuatnya. Baru kali ini Sakura menatapnya, jadi ia tidak tahu apa yang harus diperbuatnya.

” jepit itu.. dari mana? ” tanyanya canggung, tetapi berusaha ia tutupi.

” ng, ah, jepit ini.. Memangnya ada apa? kau tertarik? ” sebuah ide usil muncul di kepalanya.

” uhm.. begitulah.. tottemo kawaii~ ” puji Nana gugup. Sakura tertawa. Untuk pertama kalinya Sakura tertawa, di hadapan Nana. Nana yang melihatnya, langsung memerah wajahnya. Ternyata kalau ia tertawa manis juga.. gumam Nana. Sakura heran melihat wajahnya memerah.

” kau mau melihatnya? dozo.. ” tawarnya pada Nana, ia melepas jepit itu dan memberikannya pada Nana. Nana terkejut bukan main.

” I, indahnya.. kalau dilihat dari dekat sangat indah! ” ujarnya berbinar-binar.

” Hontou? Di sisi lain, kau punya selera yang bagus juga..” puji Sakura riang.

Nana masih menatap jepit itu, ketika tiba-tiba..

” Mitsuki-san, Hoshina-san? kalian sedang apa? ” Sebuah suara mengagetkan Nana. Sakura menoleh ke arah sumber suara. Ka, Kanazawa-sensei!!?? gumam Sakura kaget.

BRUKK.. saking kagetnya, Nana yang sedang asyik menatap jepit itu menjatuhkan apa yang di pegangnya.

Nana terbelalak. Kanazawa-sensei yang hanya geleng-geleng kepala, memilih untuk tidak mempedulikan Nana, yang memang sulit diatur.

Nana terdiam menatap apa yang dijatuhkannya di lantai. Gemetar. Jepit itu!!??

Sakura yang semula terkejut, hanya terdiam menatap jepit yang telah terbagi dua tersebut. Nana menoleh takut-takut ke arahnya. Ia langsung mengambil jepit milik Sakura yang telah ia jatuhkan.

Go, gomennasai! gomennasai, Sakura-san! a, ku, a.. ku.. benar benar tidak sengaja!! sungguh! shinjiteru ne!!” teriak Nana di saat pelajaran Kanazawa-sensei berakhir. Sakura masih terdiam.

” Sakura-san!! maafkan aku! sungguh! aku benar-benar..” pinta Nana merasa bersalah.

” Kau..” desis Sakura yang memasang ekspresi menakutkan.

” Hyaa.. gomen, gomen, gomen nee.. Sakura-san!!” Ujar Nana semakin takut. Ia menutup matanya.

” tidak apa-apa kok, memang cara pakai nya begini..” ujar Sakura yang langsung merubah nada bicaranya sembari tertawa usil. Nana hanya bisa ternganga melihat Sakura yang memakai kembali jepitnya, masih sembari tertawa.

” SAKURA -SAAN!! KAU MENGERJAIKU YA?!” teriaknya geram, berlari mengejar Sakura yang sudah kabur terlebih dahulu.

” hahaha, hontou ni tottemo ii yo!! mengerjaimu memang menyenangkan!!” teriak Sakura meledek, dari kejauhan. Nana hanya geram semakin cepat berlari mengejar Sakura.

” huh, ini melelahkan, sudah lah, aku sudah sangat lelah.. Nana-san..” ujar Sakura yang memegangi perutnya, Nana yang membungkuk sembari meregangkan lututnya pun terlihat terengah-engah.

” kau benar-benar menyebalkan, Sakura-san!” ujarnya di sela-sela hela napasnya. Ia tertawa kecil.

” kau orang yang lucu, Nana-san..” ujar Sakura terduduk, tak peduli ia duduk di atas rumput yang dingin.

” jangan panggil Nana-san, cukup Nana saja..” gumam Nana pelan. Sakura tertawa.

” kalau begitu, kau juga harus memanggilku Sakura..”  Sakura mengharuskan. Nana tersenyum lebar.

” Oh iya, kau sangat tertarik dengan jepit ini ya? ” tanya Sakura heran. Nana mengangguk-angguk.

” kalau begitu..” Sakura merogoh tasnya. Ia mengeluarkan sebuah jepit yang persis dengan yang ia pakai.

” sebenarnya jepit ini ada dua, tetapi aku lebih senang memakainya satu, jadi, ini untukmu saja, kau mau kan? ” tawar Sakura. Nana tertegun mendengarnya. Sejenak kemudian, ia melonjak kegirangan.

” Hontou?? Hontou?? Hontou!!??” teriaknya kegirangan. Sakura memegangi telinganya yang sakit mendengar teriakan Nana yang memenuhi seluruh halaman sekolah.

” Un..” angguknya. Nana langsung memeluknya kegirangan.

” Se, sesak.. uhh.. hei!” keluhnya sembari tertawa.

=-=

” hei! kau tahu ada murid baru yang datang ke kelas kita setelah kau?” pertanyaan Nana mengaburkan lamunan Sakura sedari tadi. Ia mengingat-ingat lagi kejadian satu setengah bulan lalu, saat ia pertama kali bertemu dengan Nana, temannya yang sangat aneh ini.

” e? murid baru? ” sahutnya kaget. Nana mengangguk.

” Un, murid baru, kelas kita memang beruntung! selalu mendapat murid baru~ setelah kau, ada lagi..” jelas Nana senang. Ia memang suka sesuatu yang baru.

” laki-laki atau perempuan? ” tanya Sakura acuh.

” kudengar, Laki-laki.. ” ujarnya ragu.

” baiklah, coba lihat saja nanti..”

=_=

” Baiklah, Ohayou Gozaimasu, minna-san..”

Ohayou, sensei..”

” hari ini, ada sebuah kabar gembira lagi untuk kalian, kita akan kedatangan seorang penghuni baru..”

” sebelum itu, seperti biasa, kita akan melakukan perputaran tempat duduk..” ujar Kanazawa-sensei. Semua murid kelas 2-B menghela napas kecewa. Karena harus berpindah tempat duduk lagi.

Sakura mendapatkan tempat duduk di tengah, sendirian. Ia yakin bahwa ia akan duduk bersama anak baru itu karena hanya ia yang duduk sendirian.

” baiklah, semua duduk, Yozakura-san, silahkan masuk.. ” Sensei mempersilahkan. Seseorang masuk, dan berdiri di samping Sensei. Anak Laki-laki itu tinggi, tegap, tampan, dan matanya kelihatan cerdas. Sakura sejenak terpesona melihatnya, tetapi langsung memalingkan pandangannya acuh.

boku wa Naito, Yozakura Naito da. Douzo Yoroshiku..” ujarnya pendek. Dingin. Sedingin perkenalan Sakura dahulu. Anak ini, ia.. gumamnya penuh tanya.

” Baiklah, Yozakura-san, silahkan duduk disana, disamping Hoshina-san..”

-ToBeContinuedFriend-

bagus engga? bagus engga? gyaa.. suzu agak gimana gituu.. buatnya, soalnya tiba-tiba kesannya berubah drastis gitu. duhh.. maklumi ya. Oiya, ada perubahan. Sakura disitu udah 1,5 bulan, bukan satu bulan dink. zzu lupa. hehehe. maap yah?

kalo ada kritik, saran, pendapat, usul, coment, sendal, sepatu, *emang sol?* berikan saja ke zzu. zzu akan terima dengan ikhlas. [plisplisplis.. okay okay okay???

semoga merasa senang, dan sering-sering mampir ke blog suzu untuk baca yang lainnya ya??

Okayyyyyy??

>o<